Jumat, 25 Januari 2019

Movie Review: Gonjiam: Haunted Asylum (Korean - 2018)


(Source: Google image)

Sebenarnya saya pesimis bisa kasih review panjang untuk film ini karena dari konsep ceritanya sendiri lumayan simple dan gampang ditebak. Saya juga tergolong telat banget nontonnya karena kemarin film ini ga terlalu bertahan lama di bioskop, hanya tayang di CGV tidak di XXI, jadi bener-bener kelewat banget nontonnya karena nungguin kapan ada waktu luang. Kebetulan juga saya sudah beberapa hari ini berkesempatan kerja di rumah aja, jadilah saya binge-watching tv series dan film-film yang belum sempat saya pantengin di bioskop dan hari ini berjodohlah saya nonton Gonjiam: Haunted Asylum.

Sambil nonton, saya juga cari-cari referensi tentang film ini. Cari-cari review orang yang sudah nonton dan rating film ini menurut versi mereka. Sebagian yang saya temukan rata-rata pada bilang film ini "b" aja. Itu untuk reviewer lokal ya, agak sedikit beda dengan reviewer dari luar negeri. Kebanyakan komentar mereka bilang kalau film ini nyeremin banget. Maklum aja sih, standar keseraman film horor untuk Asians, khusunya untuk orang-orang Indonesia memang cukup tinggi. Karena film-film kita emang nyeremin dan setannya oke punya meskipun tergolong setan-setan kere macam pocong, kunti. genderuwo,dll yang outfit nya sederhana aja ga neko-neko bahkan terkadang compang camping. Beda lagi dengan orang-orang barat yang lumayan cemen dalam hal nonton film horor. Baru dikasih liat werewolf atau monster-monsteran aja udah takut, baru dikagetin vampir udah bisa bikin histeris.  Jadi wajar aja kalau Gonjiam lumayan overrated di Amrik sana.

Film ini bercerita tentang beberapa youtuber yang tergabung dalam channel Horror Times. Sang leader yang bernama Ha-Joon berinisiatif mengumpulkan keenam anggotanya untuk menjelajahi salah satu tempat yang paling angker di Korea yaitu gedung terbengkalai bekas rumah sakit jiwa yang bernama Gonjiam dan menyiarkan eskplorasi mereka secara live di Youtube. Setelah ada berita bahwa ada beberapa remaja yang hilang setelah mengengksplor tempat angker tersebut, Ha-Joon ingin melakukan pembuktian apakah tempat itu memang benar angker dan berbahaya. Selain itu juga Ha-Joon berambisi ingin meraih viewer sebanyak-banyaknya di channel Youtube mereka untuk dapat income dan adsense dari Youtube (kekinian banget sih motivasinya).

Singkatnya, keenam orang yang langsung turun ke lapangan tersebut mendapatkan banyak gangguan ketika mengeksplorasi Gonjiam. Awalnya mereka hanya mendapat gangguan-gangguan gimmick yang dibuat oleh dua orang suruhan Ha Joon, tapi makin lama mereka disitu mereka mendapat gangguan yang memang berasal dari setan-setan di dalam gedung angker yang terkutuk itu. Teror demi teror yang mencekam mereka dapatkan selama eksplorasi. Untuk menyerah dan ingin berhenti menjelajah gedung itu pun sudah terlambat karena sekali mereka memasuki Gonjiam, tidak ada yang bisa keluar dengan selamat. Sampai pada akhirnya satu persatu dari mereka "diculik" sama setan dengan cara yang berbeda-beda.

Menurut saya, film ini bisa dibilang oke punya. Thrillingnya dapet, alur ceritanya oke dan yang pasti bikin stick in my mind alias masih keinget-inget aja setelah nonton, pertanda kalau film ini lumayan berkesan bagi saya. Seandainya ada yang perlu diubah, saya mau setannya yang diubah. Karena dalam ekspektasi saya setannya lebih ke arah arwah-arwah gitu, tapi ternyata setan di film ini sedikit menyerupai zombie karena bisa melakukan kontak fisik dengan manusia meskipun memang cara mereka menampakkan diri tetap bikin merinding. Latar tempat juga menurut saya oke banget untuk sebuah film horor menjadikan spooky vibes nya kuat dan sangat mencekam. Dari segi para pemain juga sangat mendukung dengan akting yang natural dan ga berlebihan.

Overall, saya ga kecewa dengan film ini karena dari segi cerita sangat menarik dan ga ngebosenin. Misalnya ada mitos ruangan 402 yang sangat terkutuk. Selain itu juga banyak adegan-adegan di filmnya cukup mencekam salah satunya yang pas di kamar mandi. Waktu saya melihat sinopsisnya sebelum nonton, I can already guess that I would love this movie, and yes, it doesn't let me down. Sayangnya untuk sebagian para penonton-penonton lokal, film ini underrated buat mereka. Saya masih ga ngerti juga bagian mana yang bikin mereka merasa film ini biasa aja atau apa yang membuat film ini ga memenuhi ekspetasi mereka. Well, satu hal yang pasti menurut saya adalah film ini membuktikan kalau orang Korsel ga cuma bisa bikin film drama percintaan menye-menye atau film komedi receh seperti yang sudah-sudah. Tapi mereka ternyata juga jago bikin film horor dan to be honest, film ini jauh lebih baik dari Dreadout (sorry to say..).