Tanggal 14 September 2014 mungkin adalah salah satu tanggal paling
bersejarah dalam hidup saya. Bagaimana tidak? Saya mengalami pengalaman pertama
(dan mudah-mudahan yang terakhir) ketinggalan pesawat, sendirian, di negara
orang pula!
Jadwal pesawat saya pada saat itu adalah jam 08:36 am terbang dari Kuala
Lumpur langsung menuju Balikpapan. Terakhir saya ke Malaysia dengan Air Asia,
bandaranya masih di LCCT. Dan seingat saya perjalanan menuju ke gate tidak
seberapa jauh, bisa ditempuh hanya dalam waktu beberapa menit berjalan santai
dengan trolley. Pikiran yang menyepelekan itulah yang menjadi awal mula dari
bencana yang terjadi kepada saya.
Kuala Lumpur International Airport (KLIA)
yang baru menurut saya sama sekali tidak menggampangkan penumpang untuk menuju
ke pesawat bagi yang akan berangkat atau menuju ke pengambilan bagasi , bagi
yang baru tiba. Meskipun fasilitas-fasilitas yang disediakan mengalahkan
Bandara sokarno-hatta seperti fasilitas wifi, duty free store, dan lain-lain.
Tapi dari segi jarak untuk menuju ke tempat tertentu sangatlah jauh karena
bandara tersebut memang luas sekali. Setelah saya menyerahkan bagasi untuk
check in, saya menjadi lebih santai dan berniat untuk melihat-lihat KLIA yang
baru ini. Konsepnya memang seperti bandara-mall sehingga membuat saya sedikit
terlena untuk sightseeing. Saya lihat jam tangan saya, waktu masih menunjukkan
pukul 07:20. Masih cukup banyak waktu untuk membeli sesuatu atau menjelajahi
area tertentu di KLIA.
Pertama-tama saya masuk ke "Be Duty Free" dan
membeli coklat-coklat yang enak dan tidak dijual di Balikapan. Setelah mampir
ke Be Duty Free, ada beberapa toko baju dan sepatu yang bagus , masuklah saya
kesana. Hingga waktu menunjukkan pukul 07:40 dan pada saat saya cek boarding
pass saya tertulis bahwa saya harus berada di gate maksimal pukul 07:40.
Spontan saya mulai panik tapi tetap berusaha untuk terlihat tenang dan
berlari-lari kecil menuju ke gate. Setelah saya sampai di security check
kepanikan saya bertambah melihat antrian panjang para calon penumpang. Belum
lagi ketatnya proses pemeriksaan yang mengharuskan melepas ikat pinggang, jam
tangan dan segala sesuatu yang berbahan logam dan sejenisnya.
Setelah melalui
antrian panjang itu, saya tidak bisa menyembunyikan kepanikan saya lagi dan
segera menuju ke gate Q17! Gate tersebut serasa berada di ujung dunia jauhnya.
Dan akhirnya dengan menghiraukan kelelahan saya karena berjalan cukup jauh
hingga tiba ke gate, saya akhirnya tiba juga. Tidak ada calon penumpang yang
masih ada di gate, dan saya langsung lemas. Saya minta tolong kepada petugas
Air Asia yang berjaga di gate untuk mengizinkan saya masuk ke pesawat, akan
tetapi mereka menolak dan bilang kalau bagasi saya sudah dikeluarkan dari
pesawat. Padahal, pesawatnya masih belum bergerak sama sekali, bahkan garbarata
nya masih terpasang di pintu masuk pesawat. Tapi, saya sudah terlalu lemas
untuk memohon lebih persuasif lagi dan masih tidak tahu apa yang harus saya
lakukan selanjutnya. Rasanya shock dan ingin menangis saja, tapi tidak mungkin
karena nanti saya malah ditangkap dengan petugas bandara karena saya dikira
orang gila atau sedang butuh narkoba (hehe). Yang pasti ini pelajaran penting
buat saya karena terlalu menyepelekan jadwal penerbangan. Akan tetapi setelah
dipikir-pikir lagi, saya teringat pada saat saya naik Garuda Indonesia, yang
mentolerir keterlambatan penumpang hingga 15 menit lamanya! Hmm.. apakah ini
juga berarti selanjutnya saya harus ganti airlines, berpaling ke yang lain dari
Air Asia untuk berangkat ke luar negeri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar