Senin, 04 April 2016

Akankah..?

Satu lagi teman dekatku akan menyambut kehidupan baru yang bahagia dan penuh cinta. Dalam waktu dua minggu lagi dia akan menikah. Bisa dibilang dia teman seperjuangan waktu aku dulu bekerja di kantor yang lama. Kalau ada acara hangout atau ke acara kawinan kita sering pergi bareng karena kebetulan juga rumah aku berdekatan dengan rumahnya. Waktu masih sering main bareng dulu,  kita masih sama-sama jomblo. Kalau ke acara nikahan, kita berdua kompak galau bersama (haha), jadi kita bisa sama-sama berbagi rasa satu sama lain. 

Pernah suatu hari kita berdua datang ke acara nikahan adik perempuan dari teman kantor yang bertempat di ballroom hotel B. Seperti biasa budaya orang Indonesia kalau tamu datang, pertama-tama isi buku tamu, masukin amplop kemudian langsung salaman dengan mempelai dan orangtuanya atau dipersilahkan menikmati hidangan dulu sebelum salaman. Waktu itu konsepnya adalah tamu dipersilahkan menikmati hidangan dulu. Jadi aku dan temanku ini menyicipi makanannya dan mencari tempat duduk. Pada saat duduk dan mengamati tamu-tamu undangan yang lain, aku ga sengaja menangkap teman aku yang melamun menatap lurus kedepan memandangi pengantin. Aku mengerti sekali apa yang dia rasakan. Pasti dia menginginkan suatu saat nanti menjadi seorang pengantin, begitu juga yang aku rasakan.

Takdir, jodoh, rejeki, hidup dan matinya manusia memang 100% Tuhan yang menentukan. Siapa sangka, satu setengah tahun kemudian dia akan berada di pelaminan di ballroom hotel yang sama. Keinginannya terwujud dengan begitu indah... Beberapa waktu yang lalu, dia datang ke tempat itu hanya sebagai tamu, dan dua minggu lagi dia akan berada disitu sebagai mempelai wanitanya. Sebagai teman dekat, aku sangat terharu sekali. Ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan. Sementara aku sendiri, dua minggu lagi akan datang ke tempat yang sama masih hanya sebagai tamu undangan. Sedikit miris pastinya, karena melihat orang-orang disekitarku yang sudah akan memulai kehidupan baru, sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, sementara aku masih begini-begini saja. Tapi aku percaya dengan Sang Maha Pengatur. Dia akan memberikan apa yang aku mau disaat yang paling tepat dan indah pada waktunya.

Selamat menempuh hidup baru ya, SP.. Aku sedih kehilangan teman kondangan, tapi ikut bahagia atas pernikahan kamu nanti. Aku akan datang ke acara pernikahan kamu masih dengan status single, tapi aku yakin dan percaya suatu saat nanti aku juga akan merasakan kebahagiaan yang kamu rasakan sekarang, bahkan mungkin lebih bahagia lagi. Hehe.. 
Aku masih datang ke ballroom hotel B sebagai tamu dan mungkin akan selalu begitu. Karena suatu saat nanti bisa saja acara weddingku di ballroom hotel yang lain tidak di tempat yang sama.

Meskipun aku merasa yakin, namun selalu ada banyak pertanyaan yang tidak kunjung hilang dari pikiranku.
Akankah suatu saat nanti giliranku yang berbahagia merasakan indahnya jadi seorang pengantin...?
Akankah aku menemukan seseorang yang menerimaku apa adanya dan setia menjalani hidup denganku selamanya?
Akankah aku diberi kesempatan untuk menempuh hidup yang baru dan benar-benar berbeda?
Semua jawabannya memang hanya Tuhan yang tahu. Tapi aku bisa merasakan kalau Dia berkata "Iya" :)

Rabu, 30 Maret 2016

If you had a trillion... lets indulge in fancies ! :D

Setelah baca berita tentang Sony Corp yang mengakuisisi saham milik Michael Jackson dengan nilai yang fantastis yaitu 9,75 triliyun rupiah, saya langsung jadi berandai - andai. Gimana ya rasanya punya uang senilai 9 triliun? Langsung deh sesi menghayal saya dimulai hehe. Tapi meskipun hanya berimajinasi, saya ga mau serakah juga untuk menghayal punya duit 9 T, cukup 1 T aja deh dalam khayalan saya. Apa hidup ini akan jauh lebih indah? Banyak yang bilang kalau "money can't buy happiness". Tapi banyak juga yang iseng menambahkan lanjutannya, seperti "money can't buy happiness but i'd rather cry in Porsche". Haha, ok that one, I just made it up. Tapi bener kan, memang uang ga bisa membeli kebahagiaan tapi uang adalah sesuatu yang sangat penting. Asal semua yang baca ini lagi ga dalam hypocrite mode on, pasti pada setuju sama saya. Pernah punya pengalaman pribadi nih, suatu hari saya ngerasa sedih, bad mood gitu lah. Kebetulan pada saat itu, saya lagi ada spare sejumlah uang yang ga dipake buat apa-apa. Akhirnya saya memutuskan untuk shopping, dan ternyata mood saya langsung membaik. Serius. Pasti banyak orang juga pernah ngalamin yang sama. Ngerasa lebih baik setelah belanja. Oke, mungkin ada juga yang bilang kalau "Ngga tuh, saya lebih ngerasa enakan kalau habis spa". Fine.. ! abis spa, massage, atau apalah, toh butuh keluar duit juga kan untuk itu semua? 

Oke, sekarang mari kembali ke topik awal, saya mau menghayal dulu kalau tiba-tiba saya punya uang satu triliun di rekening bank saya. Hal yang pertama saya lakuin adalah daftar haji plus plus. Sebagai seorang muslim, saya takut banget kalau tiba-tiba "dead" tanpa melakukan salah satu rukun Islam itu. Dan sekarang, berhubung naik haji ngantrinya bisa sampe satu abad (versi hiperbola), ada agen travel yang menawarkan untuk bisa langsung naik haji tanpa nunggu antrian, tapi ongkosnya berlipat-lipat dari ongkos haji reguler atau haji plus. Itulah tadi yang saya sebut dengan haji plus plus. Kisaran biayanya 200 juta per orang. Dan saya punya satu triliyun, oh gosh 200 juta murah banget... Jadi pertama kali yang saya lakukan adalah naik haji plus-plus sekeluarga. 

Next thing, saya beli rumah mewah, lengkap sama mobil mewahnya juga. Klise ya, hehe. Tapi sebagian besar orang pasti pengen kan settle down dengan rumah dan mobil yang udah oke. Untuk dua hal itu ya mungkin 10 M udah cukup. Tapi kayanya pengen juga ngerasain punya rumah di kawasan elit Calabasas, Los Angeles biar bisa tetanggaan juga sama Kendall Jenner. Pernah nonton acara million listing yang kadang ngasih info tentang harga rumah mewah di sekitaran Hollywood, kira-kira 50 M udah dapet yang lumayan bagus disana. Tambahan lagi, brokernya ganteng kaya model, jadi beli rumah mewah sekalian bisa pilih broker yang paling ganteng se-LA.  Dan uang satu T saya masih sisa banyak banget... Susah juga ya punya duit yang super duper banyak, bingung mau ngabisinnya gimana. Mungkin ini juga yang namanya ada ga enaknya punya duit banyak. Pertama, bingung ngabisinnya, kedua banyak yang ngincer juga. Maybe...

Selanjutnya, jelas akan saya pake foya-foya keliling dunia. Nah mungkin disini uang 1T saya bakal lumayan mulai berkurang banyak. Mau ke Eropa sampai ke Antartika rasanya, sambil menikmati fasilitas-fasilitas super mewah ala keluarga Kardashians. Oh... sweet imagination. Yang namanya menghayal memang ga ada batasnya, meskipun semu tapi kadang tetap ada enaknya. Ngebayangin juga nikmatin perawatan yang super mewah kaya facial diamond yang bener-bener pake diamond asli misalnya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki. Terus makan caviar dan segala macam makanan lain yang mewah semacam donat lapis emas atau roti isi pure cokelat made in Tuscany. Terus traveling dari satu tempat ke tempat lain dengan jet pribadi. Namanya punya duit 1 T apalah artinya beli jet pribadi yang paling harganya ga nyampe 100 M. 

Tapi yang namanya foya-foya rasanya ga lengkap kalau ga dibarengi dengan charity. Untuk yang satu ini saya mau take action yang ekstrim sekalian. Saya siapin ratusan tas plastik yang isinya duit berjuta-juta, saya kasih tiba-tiba ke pengemis atau berbagai pihak yang membutuhkan tapi dengan konsep prank kaya di acara-acara tv show seperti Punk'd atau seperti yang sering dilakukan Ellen di acaranya, The Ellen Show, ngasih mobil ke orang-orang yang membutuhkan kadang secara random. Atau kasih hujan duit buatan di atas langit dari jet pribadi saya, divideo-in terus di post di Instagram, terus saya tag tuh Best Vines atau 9gag, pasti direpost sama mereka. Hihi.

If I had a trillion, i know it doesn't guarantee 100% of my happiness, maybe 70 or 80%. But it's totally owkayyy ! :)






Kamis, 07 Januari 2016

"Mirek K"

Tulisan ini ditujukan untuk seseorang yang telah membuktikan kepada saya kalau cinta sejati itu memang ada. Kalau ketulusan tanpa syarat memang bisa berlaku untuk kita. Dan seseorang yang membuat saya merasa tidak beruntung dan beruntung secara bersamaan. Tulisan ini tentang seseorang bernama Mirek, warga negara keturunan Jerman yang memiliki unconditional love dengan seorang perempuan Indonesia asli yaitu saya, yang tidak akan pernah bisa membalas cintanya..

Sebelum bekerja di perusahaan sekarang, saya bekerja di perusahaan tambang Australia yang beroperasi di Kalimantan. Waktu pertama kali bekerja disitu di tahun 2011, saya baru lulus kuliah sebulan, umur saya masih baru beranjak 22 tahun. Dua bulan saya bekerja di perusahaan tersebut datanglah manajer baru dari Jerman yang akan mulai kerja di perusahaan tempat saya bekerja. Sebut aja dia "C". Singkat cerita, dia tertarik untuk menjadikan saya sebagai anak buahnya. Hubungan kami pun kadang tidak seperti bos dengan karyawan, tapi lebih seperti teman. Kami sering dinner bareng dengan keluarganya dan juga teman-temannya. Sampai pada suatu hari dia berniat mengenalkan saya dengan seorang temannya yang sebentar lagi akan mengunjunginya di Indonesia. Saya pun asik-asik saja dengan itu, lebih banyak teman jauh lebih baik, itu prinsip saya.

Akhirnya, saya diperkenalkan dengan teman C dalam sebuah dinner. Disitulah awal pertemuan saya dengan Mirek, sahabat lama C. Pada pertemuan itu saya merasa biasa saja. Sama sekali tidak terpikir oleh saya kalau saya bisa mempunyai hubungan spesial dengan bule. Selama ini saya sebatas berteman saja dengan orang-orang asing. Tidak terpikir untuk naksir atau berniat menjalani hubungan serius. Tapi ternyata lain halnya dengan Mirek. Pada saat dinner, saya beberapa kali menangkap kalau dia sedang menatap saya. Padahal saat itu saya benar-benar clumpsy seperti biasa, tertawa seenaknya, makan tanpa ada menjaga sikap sedikitpun, pokoknya sama sekali tidak ada terpikirkan untuk bersikap "jaim". Tapi siapa sangka tepat pada malam itu, dia jatuh cinta sama saya. 

Hari demi hari berlalu, kami semakin dekat. Pada saat dia harus kembali ke Jerman karena liburannya telah selesai dan harus kembali bekerja, kami tetap berkomunikasi dengan intens. Kemajuan teknologi sekarang ini benar - benar luar biasa kalau menurut saya. Indonesia - Jerman seolah-olah sama sekali tidak berjarak. Kami sering sharing tentang kegiatan kami melalui video call. Sehingga kami merasa tetap dekat walaupun lokasi kami satu sama lain berbeda ribuan mil jauhnya. Setiap saya ulang tahun, dia selalu mengirimkan sebuket bunga dan hadiah yang lain. Dia adalah orang yang suka memberi saya hadiah. Pada saat dia merayakan natal, dia  juga memberikan saya hadiah natal. Secara berkala dia mengunjungi saya. Pernah suatu waktu dia merasa sangat merindukan saya, tanpa pikir panjang dia ambil cuti dua minggu dan terbang ke Indonesia hanya untuk menemui saya sebentar-sebentar. Karena pada saat itu saya juga punya kegiatan sendiri dan tidak memungkinkan untuk sering-sering ketemu sama dia.

Dari awal kita dekat, dia sudah bilang ke saya kalau dia mau menikah dengan saya. Disitu saya langsung menjadi dilema. Di satu sisi, saya cuma berminat untuk memiliki pasangan serius orang Indonesia saja, di sisi lain saya tidak mau kehilangan teman yang baik seperti dia. Akhirnya setelah saya berulang kali menolak secara halus, saya pun harus jujur dengan dia. Saya jelaskan ke dia kalau saya adalah wanita muslim yang berusaha taat dengan agama saya. Saya mencari laki-laki yang sanggup menjadi imam saya dan anak-anak saya kelak. Sementara dia adalah seorang non-muslim yang sama sekali tidak mengerti ajaran Islam. Dia bersedia pindah agama untuk saya, tapi saya tidak mencari seorang muslim yang hanya semata-mata statusnya saja. Akhirnya dia pun sangat kecewa dan kami sempat hilang komunikasi beberapa waktu..

Seiring dengan berjalannya hari saya pun beberapa kali menjalin hubungan tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Lucunya, setiap kali saya patah hati, orang yang ingin saya hubungi adalah Mirek. Saya percaya dengan dia, dia orang yang bisa menyimpan rahasia saya. Meskipun dengan curhat ke dia masalah cowok, membuat dia cemburu dan jengkel, tapi dia tetap mau meladeni curhatan saya. Dia tetap selalu ada untuk saya disaat saya membutuhkannya. Hingga sekarang, di tahun 2016 ini, lagi-lagi saya patah hati dan lagi-lagi kepadanya lah saya curhat dan bercerita tentang semua yang saya alami. Saya merasa beruntung memiliki dia, teman yang selalu ada buat saya. Akan tetapi saya juga merasa tidak beruntung karena dia yang memiliki cinta yang besar dan tulus untuk saya, bukanlah orang yang ingin saya nikahi. Terlalu banyak kendala bagi saya apabila saya menikah dengannya. Saya merasa sedih sekali dengan keadaan ini. Sempat beberapa kali saya mencoba untuk putuskan komunikasi dengan dia selama-lamanya, tapi selalu tidak bisa. Terutama kalau saya sedang mengalami masalah berat. Karena hanya dengan dia saya bebas bercerita dengan gamblang tentang masalah -masalah yang saya alami.

Sejak bertemu saya pertama kali hingga saat ini, Mirek masih menyendiri. Kadang-kadang saya bertanya dengannya, kenapa dia tidak mau punya pacar. Jawabannya cukup membuat saya lemas, tersanjung sekaligus miris. Dia bilang "Apakah kamu tau, aku bukan orang yang bisa menyukai seseorang. Buatku itu hampir mustahil. Tapi pada akhirnya, aku menyukai seseorang dan kamu tau ga berapa lama aku menunggu hingga aku bisa menyukai seseorang? 15 tahun. Akhirnya setelah 15 tahun aku bisa jatuh cinta dengan seseorang, pada sebuah malam disaat dinner. Sayangnya, orang yang akhirnya membuat aku jatuh cinta itu, tidak mau menikah denganku dan lebih memilih untuk bersama orang yang akhirnya cuma bisa menyakitinya. Orang yang membuat aku jatuh cinta itu selama ini membuatku bahagia sekaligus patah hati. Dan orang itu adalah kamu."

Well.. Apapun itu saya selalu berharap yang terbaik buat Mirek. Dia bukan tipe orang yang mau berkomitmen, dia pernah bilang ke saya kalau tidak dengan saya, dia tidak akan mau berkeluarga. Biasanya kalau dia bilang seperti itu, saya cuma bisa menjawab semoga saya dan dia pada akhirnya menemui kebahagiaan masing-masing. Menemui orang yang mencintai kami apa adanya, mencintai sebesar yang kami punya dan hidup bahagia selamanya. Saya tidak tahu kapan itu akan terjadi, atau apakah itu akan terjadi. Yang pasti sebagai manusia, kita cuma bisa berharap yang terbaik.

Saya dan Mirek adalah dua orang yang kesepian. Yang ingin mencintai dan dicintai tapi belum mendapatkan kesempatan untuk merasakannya. Tapi saya tetap bersyukur bisa kenal dengan Mirek. Selama ini dia adalah satu dari segelintir orang yang bisa saya percaya untuk menjadi tumpahan uneg-uneg saya. Saya selalu berharap yang terbaik untuknya. Saya berharap dia akan mempunyai sebuah keluarga yang bahagia yang terdiri dari istri yang baik dan anak-anak yang lucu. Saya pun berharap yang sama untuk kehidupan saya sendiri. Mungkin saya dan Mirek selamanya tidak akan pernah bisa menjadi sepasang kekasih, tapi saya yakin selamanya kami akan berteman baik.

Schatzi,
Danke, das du für mich da bist...
Special for Mirek.