Kamis, 07 Januari 2016

"Mirek K"

Tulisan ini ditujukan untuk seseorang yang telah membuktikan kepada saya kalau cinta sejati itu memang ada. Kalau ketulusan tanpa syarat memang bisa berlaku untuk kita. Dan seseorang yang membuat saya merasa tidak beruntung dan beruntung secara bersamaan. Tulisan ini tentang seseorang bernama Mirek, warga negara keturunan Jerman yang memiliki unconditional love dengan seorang perempuan Indonesia asli yaitu saya, yang tidak akan pernah bisa membalas cintanya..

Sebelum bekerja di perusahaan sekarang, saya bekerja di perusahaan tambang Australia yang beroperasi di Kalimantan. Waktu pertama kali bekerja disitu di tahun 2011, saya baru lulus kuliah sebulan, umur saya masih baru beranjak 22 tahun. Dua bulan saya bekerja di perusahaan tersebut datanglah manajer baru dari Jerman yang akan mulai kerja di perusahaan tempat saya bekerja. Sebut aja dia "C". Singkat cerita, dia tertarik untuk menjadikan saya sebagai anak buahnya. Hubungan kami pun kadang tidak seperti bos dengan karyawan, tapi lebih seperti teman. Kami sering dinner bareng dengan keluarganya dan juga teman-temannya. Sampai pada suatu hari dia berniat mengenalkan saya dengan seorang temannya yang sebentar lagi akan mengunjunginya di Indonesia. Saya pun asik-asik saja dengan itu, lebih banyak teman jauh lebih baik, itu prinsip saya.

Akhirnya, saya diperkenalkan dengan teman C dalam sebuah dinner. Disitulah awal pertemuan saya dengan Mirek, sahabat lama C. Pada pertemuan itu saya merasa biasa saja. Sama sekali tidak terpikir oleh saya kalau saya bisa mempunyai hubungan spesial dengan bule. Selama ini saya sebatas berteman saja dengan orang-orang asing. Tidak terpikir untuk naksir atau berniat menjalani hubungan serius. Tapi ternyata lain halnya dengan Mirek. Pada saat dinner, saya beberapa kali menangkap kalau dia sedang menatap saya. Padahal saat itu saya benar-benar clumpsy seperti biasa, tertawa seenaknya, makan tanpa ada menjaga sikap sedikitpun, pokoknya sama sekali tidak ada terpikirkan untuk bersikap "jaim". Tapi siapa sangka tepat pada malam itu, dia jatuh cinta sama saya. 

Hari demi hari berlalu, kami semakin dekat. Pada saat dia harus kembali ke Jerman karena liburannya telah selesai dan harus kembali bekerja, kami tetap berkomunikasi dengan intens. Kemajuan teknologi sekarang ini benar - benar luar biasa kalau menurut saya. Indonesia - Jerman seolah-olah sama sekali tidak berjarak. Kami sering sharing tentang kegiatan kami melalui video call. Sehingga kami merasa tetap dekat walaupun lokasi kami satu sama lain berbeda ribuan mil jauhnya. Setiap saya ulang tahun, dia selalu mengirimkan sebuket bunga dan hadiah yang lain. Dia adalah orang yang suka memberi saya hadiah. Pada saat dia merayakan natal, dia  juga memberikan saya hadiah natal. Secara berkala dia mengunjungi saya. Pernah suatu waktu dia merasa sangat merindukan saya, tanpa pikir panjang dia ambil cuti dua minggu dan terbang ke Indonesia hanya untuk menemui saya sebentar-sebentar. Karena pada saat itu saya juga punya kegiatan sendiri dan tidak memungkinkan untuk sering-sering ketemu sama dia.

Dari awal kita dekat, dia sudah bilang ke saya kalau dia mau menikah dengan saya. Disitu saya langsung menjadi dilema. Di satu sisi, saya cuma berminat untuk memiliki pasangan serius orang Indonesia saja, di sisi lain saya tidak mau kehilangan teman yang baik seperti dia. Akhirnya setelah saya berulang kali menolak secara halus, saya pun harus jujur dengan dia. Saya jelaskan ke dia kalau saya adalah wanita muslim yang berusaha taat dengan agama saya. Saya mencari laki-laki yang sanggup menjadi imam saya dan anak-anak saya kelak. Sementara dia adalah seorang non-muslim yang sama sekali tidak mengerti ajaran Islam. Dia bersedia pindah agama untuk saya, tapi saya tidak mencari seorang muslim yang hanya semata-mata statusnya saja. Akhirnya dia pun sangat kecewa dan kami sempat hilang komunikasi beberapa waktu..

Seiring dengan berjalannya hari saya pun beberapa kali menjalin hubungan tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Lucunya, setiap kali saya patah hati, orang yang ingin saya hubungi adalah Mirek. Saya percaya dengan dia, dia orang yang bisa menyimpan rahasia saya. Meskipun dengan curhat ke dia masalah cowok, membuat dia cemburu dan jengkel, tapi dia tetap mau meladeni curhatan saya. Dia tetap selalu ada untuk saya disaat saya membutuhkannya. Hingga sekarang, di tahun 2016 ini, lagi-lagi saya patah hati dan lagi-lagi kepadanya lah saya curhat dan bercerita tentang semua yang saya alami. Saya merasa beruntung memiliki dia, teman yang selalu ada buat saya. Akan tetapi saya juga merasa tidak beruntung karena dia yang memiliki cinta yang besar dan tulus untuk saya, bukanlah orang yang ingin saya nikahi. Terlalu banyak kendala bagi saya apabila saya menikah dengannya. Saya merasa sedih sekali dengan keadaan ini. Sempat beberapa kali saya mencoba untuk putuskan komunikasi dengan dia selama-lamanya, tapi selalu tidak bisa. Terutama kalau saya sedang mengalami masalah berat. Karena hanya dengan dia saya bebas bercerita dengan gamblang tentang masalah -masalah yang saya alami.

Sejak bertemu saya pertama kali hingga saat ini, Mirek masih menyendiri. Kadang-kadang saya bertanya dengannya, kenapa dia tidak mau punya pacar. Jawabannya cukup membuat saya lemas, tersanjung sekaligus miris. Dia bilang "Apakah kamu tau, aku bukan orang yang bisa menyukai seseorang. Buatku itu hampir mustahil. Tapi pada akhirnya, aku menyukai seseorang dan kamu tau ga berapa lama aku menunggu hingga aku bisa menyukai seseorang? 15 tahun. Akhirnya setelah 15 tahun aku bisa jatuh cinta dengan seseorang, pada sebuah malam disaat dinner. Sayangnya, orang yang akhirnya membuat aku jatuh cinta itu, tidak mau menikah denganku dan lebih memilih untuk bersama orang yang akhirnya cuma bisa menyakitinya. Orang yang membuat aku jatuh cinta itu selama ini membuatku bahagia sekaligus patah hati. Dan orang itu adalah kamu."

Well.. Apapun itu saya selalu berharap yang terbaik buat Mirek. Dia bukan tipe orang yang mau berkomitmen, dia pernah bilang ke saya kalau tidak dengan saya, dia tidak akan mau berkeluarga. Biasanya kalau dia bilang seperti itu, saya cuma bisa menjawab semoga saya dan dia pada akhirnya menemui kebahagiaan masing-masing. Menemui orang yang mencintai kami apa adanya, mencintai sebesar yang kami punya dan hidup bahagia selamanya. Saya tidak tahu kapan itu akan terjadi, atau apakah itu akan terjadi. Yang pasti sebagai manusia, kita cuma bisa berharap yang terbaik.

Saya dan Mirek adalah dua orang yang kesepian. Yang ingin mencintai dan dicintai tapi belum mendapatkan kesempatan untuk merasakannya. Tapi saya tetap bersyukur bisa kenal dengan Mirek. Selama ini dia adalah satu dari segelintir orang yang bisa saya percaya untuk menjadi tumpahan uneg-uneg saya. Saya selalu berharap yang terbaik untuknya. Saya berharap dia akan mempunyai sebuah keluarga yang bahagia yang terdiri dari istri yang baik dan anak-anak yang lucu. Saya pun berharap yang sama untuk kehidupan saya sendiri. Mungkin saya dan Mirek selamanya tidak akan pernah bisa menjadi sepasang kekasih, tapi saya yakin selamanya kami akan berteman baik.

Schatzi,
Danke, das du für mich da bist...
Special for Mirek.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar