Senin, 23 November 2015

LDR Warrior !

Setelah sekian lama tidak memutuskan untuk berkomitmen dengan siapapun (sekitar 4 tahun lamanya), akhirnya saya memiliki hubungan yang cukup serius. Sayangnya, saya dihadapkan dengan hubungan "bergaya" LDR alias hubungan jarak jauh. Uuughhh , sangat menyebalkan.
Percayalah, yang namanya LDR itu sama sekali tidak mudah. Dulu waktu masih kuliah, saya pernah LDRan tapi masih memungkinkan untuk ketemuan seminggu sekali atau dua minggu sekali. Tapi sekarang? Sebulan sekali aja belum tentu.
Pernah saya sharing dengan beberapa teman yang saya anggap sebagai sumber untuk tulisan ini, yang menjalani hubungan jarak jauh dan akhirnya menikah. Kedua sumber saya tersebut adalah laki-laki. Karena kalau menyangkut masalah hubungan jarak jauh, saya memang tidak tertarik untuk sharing dengan cewek yang cenderung setia. Hubungan jarak jauh identik dengan ketidaksetiaan, dan ketidaksetiaan erat kaitannya dengan laki-laki. Sama sekali bukan bermaksud seksis, akan tetapi dari sejumlah pengalaman yang ada, angka statistik menunjukkan kalau laki-laki memang lebih banyak yang tidak setia dibanding dengan perempuan. 

Singkat cerita, saya menggali lebih dalam pengalaman LDR dari teman saya yang pertama, sebut aja S. Jadi si S ini punya pacar yang kerja di Jakarta, sementara dia sendiri kerja di Balikpapan. Usia pacarannya saat itu sudah memasuki tahun ke-6. Saya lupa berapa lama mereka menjalani LDR dalam periode enam tahun tersebut. Tapi yang pasti, si S ini sempat menyebutkan kalau dalam setahun mereka hanya bertemu dua kali. Dua kali ! Menurut saya itu cukup gila sekaligus hebat. Dengan gaya pacaran yang ketemunya jarang seperti itu bisa membawa hubungan mereka pada pernikahan. 

Kemudian teman saya yang satunya punya cerita yang agak berbeda. Sebut aja A. Usia pacaran sebelum mereka menikah terbilang singkat, hanya enam bulan. Dan dari periode tersebut mereka hanya bertemu dua kali. Kalaupun ada pertemuan diluar yang dua kali tersebut adalah pertemuan yang sudah resmi dengan keluarga masing-masing untuk merencanakan acara lamaran dan pernikahan. Saya juga cukup terkesan dengan cerita LDR yang satu ini.

Anyway, dari cerita mereka tersebut saya jadi menganggap kalau hubungan jarak jauh ternyata juga membawa banyak keberhasilan sampai ke pernikahan. Dan pada saat itu saya menganggap LDR tidak sulit untuk dijalani selama kedua pihak saling setia dan saling percaya. Pada saat saya mempunyai pemikiran seperti itu, saya masih jomblo. Tapi sekarang disaat saya yang menjalaninya sendiri, ternyata LDR tidak sesederhana itu. Setiap hari rasanya saya harus mempersiapkan hati kalau pacar saya tidak bisa kasih kabar. Dari situ saja sudah bisa membuat mood saya berubah. Bisa bikin jadi tidak semangat, tidak bergairah dalam melakukan apapun dan bawaannya cuma bisa gelisah.

Dua modal utama dalam menjalani LDR adalah seperti yang sudah disebutkan sebelumnya tadi, harus setia dan percaya. Pacar saya berulang kali meyakinkan saya untuk selalu percaya dan tidak usah khawatir dengan kesetiaan dia. Saya pun berusaha untuk percaya tapi setiap hari selalu aja ada ketakutan kalau-kalau dia berubah. Misalnya, apabila dia yang berada jauh dari saya ketemu dengan sosok yang menarik yang ada didekatnya. Prinsip "anything could happen" yang terus ada dalam pikiran saya menjadi bumerang buat diri saya sendiri. Segala sesuatu bisa terjadi, baik itu sesuatu yang bagus ataupun sesuatu yang buruk. Tapi biasanya sih saya mengatasinya dengan berusaha untuk positive thinking aja, supaya beban pikiran tidak terlalu berat.

Kemudian, meskipun pasangan kita bisa dipercaya akan tetapi terkadang keadaan bisa mengarah ke sesuatu yang bikin kita paranoid. Contohnya aja teman saya si S. Dia sering lho ngajak saya dinner dan nonton berdua. Memang sih ga ada apa-apa di antara kita, saya menganggap dia sebagai sosok kakak karena dia dewasa dan dia menganggap saya entah apa, mungkin teman atau "adek-adekan". Tapi tetap saja, kalau saya berada di posisi pacarnya dan mengetahui tentang ini, kayanya cukup bisa bikin kelimpungan juga. Tentu aja disaat kita lagi dinner atau nonton berdua, si S ga bilang ke pacarnya karena menurut dia ga berguna, cuma bikin pacarnya paranoid, sementara si S merasa dia ga lagi selingkuh atau macem-macem. Tapi saya membayangkan kalau pacar saya yang ngajak dinner atau nonton cewe lain tanpa ada maksud-maksud apa-apa, tetap aja bisa bikin saya jealous luar biasa.

Kemudian teman saya si A juga punya pengalaman yang hampir serupa. Malah lebih parah sih kalau saya bilang. Jadi selama dia LDRan, dia pernah pdkt / flirting dengan teman satu kantor. Bedanya, sepengetahuan saya mereka ga pernah jalan bareng. Flirting-flirtingnya ya memang cuma di kantor, tapi tetap aja hal tersebut bakalan jadi masalah besar kalau ketauan sama pacarnya. Mungkin memang si A orangnya tetap setia dengan pacar jarak jauhnya tapi balik lagi dengan prinsip saya, "anything could happen". Meskipun kedua temen saya itu endingnya menikah dengan pacarnya masing-masing, tapi apa yang mereka sudah lakukan cukup beresiko untuk bikin LDR jadi berantakan dan berakhir begitu saja. 

Intinya, setelah saya menjalani LDR saya akan bilang kalau LDR itu ga mudah. Jadi setiap ada pasangan yang menikah, dan mereka adalah produk hasil dari LDR saya yang akan mengacungkan jempol paling tinggi dan bertepuk tangan yang paling kencang sebagai tanda penghormatan buat mereka. Karena sudah terbukti kalau mereka adalah pasangan yang setia dan memegang teguh komitmen yang sudah dibuat. Tidak semua orang bisa seperti itu, bukan? Kalau saya menilai diri saya sendiri, termasuk tipe yang setia tapi kurang "nyantai" karena saya selalu paranoid dengan pasangan saya. Mungkin karena banyak lihat pengalaman orang , termasuk pengalaman teman saya si S dan si A tadi ya. Tapi saya cuma bisa melakukan yang terbaik dan menyerahkan semuanya ke yang Maha Kuasa. Sekuat apapun kita berusaha untuk menjaga pasangan kita, kalau dia bukan ditakdirkan untuk kita, pada akhirnya akan terpisah juga. Tapi apabila dia memang sudah tertulis akan menjadi milik kita, sejauh apapun jarak memisahkan tetap akan dipersatukan juga. 

So.. Tetap semangat, ya para pejuang LDR :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar