Minggu, 06 Desember 2015

Beauty is pain .. And pricy (aesthetic clinic adventure) Part 2

Kalau sudah ada yang baca postingan saya sebelumnya, pasti tahu dengan curhatan saya tentang permasalahan kulit wajah dan "petualangan" saya ke beberapa klinik perawatan wajah.
Yep, sekarang saya mau update perkembangannya seperti apa. Seperti yang sudah ada di tulisan sebelumnya saya janji akan memberi tahu tentang hasil dari perawatan wajah di klinik yang terakhir saya kunjungi, Erha Clinic. Kesimpulannya, saya luar biasa sangat amat kecewa. Tapi berikut saya sedikit beri tahu detailnya.

Dua minggu pertama , setelah rutin menggunakan sabun muka dan krimnya, saya merasa ada sedikit perbaikan di wajah saya. Terlihat sedikit lebih cerah dan segar. Tapi selanjutnya, berubah seperti "nightmare", wajah saya malah jadi jerawatan, merata diseluruh muka ! Yang biasanya saya tidak pernah ada jerawat di dahi, jadi muncul banyak jerawat di area itu. Selain itu juga kulit saya jadi sangat kering dan kusam. Pokoknya jadi kondisi kulit berubah jadi sangat kacau dan berantakan. Saya panik dan langsung datang untuk konsul ke dokter yang sudah memberikan saya krim "laknat" tersebut. Nama dokternya adalah dr. Regina. Setelah mendengarkan keluhan saya sebentar (kebetulan dokter yang satu ini kurang komunikatif sehingga tidak nyaman untuk diajak diskusi), dokternya memberikan saya resep yang isinya krim baru. Saya tidak punya pilihan lain selain percaya dengan obat yang sudah diresepkan dan berharap obat yang baru bisa memberikan perubahan yang lebih baik. 

Singkat cerita, saya pun mencoba krim yang sudah diganti selama dua minggu dan hasilnya kulit wajah tetap tidak ada perbaikan. Malah jadi lebih kering dan sama sekali tidak memungkinkan saya untuk melanjutkan pemakaian krim karena sangat merusak kulit. Akhirnya saya datang lagi ke klinik Erha untuk konsul dengan dokter yang lain, berharap ada solusi dan sedikit tanggung jawab karena sudah membuang-buang waktu, biaya dan energi saya. Tapi yang lebih penting, sudah membuat kulit wajah saya menjadi rusak. Akhirnya, jadilah saya ganti dokter, menemui dr. Nuriyah. Dari penampilannya yang berhijab dan sedikit berumur, saya pikir dokter ini bisa lebih bijak dan sabar menanggapi keluhan saya, tapi ternyata malah sebaliknya. Mungkin karena saya yang terlalu to the point bilang "kayanya krim Erha ga cocok dengan kulit saya, dok".
Dokternya pun menanggapi dengan sedikit emosi dan menyalahkan hormon dan tingkat stres pada diri saya. 

Kalau masalah hormon dan tingkat stres, manusia mana sih yang tidak punya? Semua punya hormon yang kadang tidak stabil, dan semua stres. Kalau tidak stres , bukan manusia namanya. Pertanyaannya, dari dulu saya juga punya hormon dan stres tapi tidak sampai menimbulkan jerawat yang tumbuh dengan agresif. Yang jelas, setelah saya pakai krim dari Erha, kulit wajah saya langsung dibuat berantakan. Dan kalau ada yang harus emosi, seharusnya pasien yang emosi bukan dokternya. Karena pasien lah yang sudah mengeluarkan biaya, meluangkan waktu dan menyediakan energi untuk menjalani perawatan yang ada.

Singkatnya, oleh dokter tersebut, saya dikasih resep krim yang baru. Dan dia bilang "kita lihat lagi perkembangannya satu bulan ke depan apakah kondisi wajah masih tetap sama ". Rasanya saat itu saya ingin merobek resepnya di depan si dokter. Karena saya tidak akan membiarkan eksperimen krimnya berjalan satu bulan lagi, sementara krim nya sudah dipastikan tidak cocok dengan kulit saya. Akhirnya, dengan lantang saya menyatakan bahwa hubungan saya dan Erha sudah berakhir. 

Karena saya sudah agak putus asa, akhirnya saya memutuskan untuk kembali saja ke Surabaya Skin Centre (SSC) yang pernah saya percaya. Kekurangan dari klinik ini buat saya hanya satu, jarak. Klinik perawatan ini tidak membuka cabang dimanapun entah karena apa, ekslusivitas mungkin? Karena saya tinggal di Balikpapan, jadi tiap kali mau kontrol untuk bertemu dengan dokter spesialisnya saya juga harus menyediakan biaya untuk tiket pesawat dan tempat tinggal. Dari segi harga, SSC juga bisa dibilang mahal. Satu tube kecil krimnya seharga sekitar 150 ribu. Belum lagi facial wash, obat minum dan lain-lain. Tapi buat saya untuk paket perawatannya masih affordable, kalau tidak ditambah dengan biaya pesawat dan lainnya.

Setelah tiba di SSC, saya langsung konsul dengan dokter spesialis yang katanya cukup ahli di bidang kosmetik. Dr. Putu, namanya. Oleh dokter Putu, saya disarankan untuk diberi tindakan "propil", yaitu sejenis peeling, tapi empat lapis atau dilakukan sebanyak empat kali. Jerawat - jerawat yang lumayan besar di wajah saya diberi injeksi supaya cepat hilang. Setelah itu dilakukanlah tindakan "propil" tersebut. Kalau ditanya sakit, sudah jelas. Bagi yang sudah mencoba peeling, mungkin tahu kalau kulit wajah terasa sangat panas seperti terbakar. Seperti itu kalikan saja empat kali, sesuai dengan berapa kali prosesnya.

Setelah "penyiksaan" selesai, saya digiring lagi ke proses selanjutnya, yaitu pemberian obat dan pembayaran. Untuk obatnya saya dikasih yang bermacam-macam, mulai dari obat minum yang terdiri dari vitamin dan antibiotik, krim wajah sampai water spray. Nah ini yang lumayan menarik. Saya juga belum pernah coba yang namanya menggunakan water spray. Lumayan penasaran juga sih.. Dari dokternya saya dikasih merk Avene Eau Thermale atau Thermal Spring Water. Katanya sih produk yang langsung diimpor dari Perancis. Diambil dari air yang mengalir dari kaki gunung Cevennes, di kedalaman Lembah Orb, bagian selatan Paris, Perancis. Mata air ini memiliki suhu konstan 25,6 derajat Celcius, bebas dari kandungan mikroba dan memeiliki pH7,5 (mendekati netral) (sumber: http://www.nonahikaru.com/2015/06/review-eau-thermale-avene-thermal.html)

Saya tidak mau review terlalu banyak tentang spring water ini (karena saya tidak menerima endorsement dari Avene untuk dimuat di blog saya, hehe), tapi saya tertarik menggunakannya karena memang baru pertama kali. Kalau dari yang saya lihat di internet tentang pengalaman orang yang mencoba, ada yang bilang berkhasiat, ada juga yang bilang tidak mengubah apa-apa. Ada yang bilang dianjurkan untuk membeli, ada juga yang bilang beli Avene cuma buang-buang uang saja. Kalau untuk saya sendiri, karena saya baru peeling, dianjurkan untuk menggunakan spring water supaya merah-merah di wajah setelah peeling bisa segera pulih. Setelah beberapa kali mencoba, saya suka dengan efek segarnya. Tapi hanya sebatas itu, untuk efek yang lain masih belum bisa dibuktikan karena saya baru menggunakan beberapa kali.

Dari sekali treatment yang saya jalani pada hari itu di SSC serta biaya obat yang diresepkan, saya merogoh kocek sekitar 3 jutaan. Buat saya jumlah tersebut tidak sedikit, belum lagi ditambah dengan biaya seperti yang saya bilang sebelumnya, tiket pesawat dan tempat tinggal. Tapi apa boleh buat, demi memperbaiki kulit wajah saya yang sudah dirusak, saya tidak punya pilihan lain. Semoga saja saya mendapatkan hasil yang diharapkan..




5 komentar:

  1. Sis, gimana kondisi wajahnya sekarang setelah pakai produk ssc?Kemarin dikasi krim malam apa ya sis? Apa sudah membaik? Saya juga baru pakai SSC, tapi jerawatnya malah semakin banyak dan parah :( entah proses purging atau apa. Makasih sis

    BalasHapus
  2. Kondisi wajah membaik sis. Dikasih krim malam enhancer namanya. Level tertinggi warna merah paling ringan warna biru. Memang sekitar dua bulan pertama ada proses purging jadi ga usah panik kalau jerawatan sis. Setelah kondisi wajah akan semakin membaik..

    BalasHapus
  3. Saya dikasih enhancer hijau sis. Iya nih baru pakai 3minggu jerawat pada keluar semua,sampe sedih banget. Sabar2 aja tunggu sampai 2bulanan:( Makasih ya sis uda dibalas :)

    BalasHapus
  4. Sis gmna kondisi kulitnya skrg, aku baru pakai SSC dikasih enhancer cl warna biru sis. Seperti makin kering apa wajar seperti itu. Fungsinya untuk apa ya enhancer itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Truz gmn? Aq malah muka jd bengkak + kering. Pk enhancer cream ssc.. Sdh konsul lg sm dr wawan akhirny suruh minum cataflam n menghentikan pemakaian smp bengkak hilang. Nti kl sdh gaj bengkak dipakai seminggu 2x creamnya

      Hapus