Selasa, 24 April 2018

Cynthia Nixon and Miranda Hobbes

After the first time I watched “Sex and the City” the series, I am obsessed! Mostly because the plot is so relevant to me. And the acting of the casts are amazing. They were really into their characters that we could believe the story is real while it is purely fictional. As for some people, maybe the series won their heart because of the fashion. Yep, the show accentuates high fashion in each episode.

Cut to the chase, I want to describe a little about the story. It is about four New York single girls who are very close with each other as best friends. There is Carry Bradshaw, a columnist who is writing about sex every week for newspaper. Then there is Samantha Jones, the ultimate party girl who refuse to committed with anybody but one night stand partner for one night stand sex. And, Charlotte York, who believes in marriage, having quite lavish life but face some struggles to find the one. And the last but not least, Miranda Hobbes, a very tough lawyer who appreciates sarcasm very much.

They live in New York City (NYC) like since forever. The city is their soul. So “Sex and the City” (SATC) basically describe their stories in New York. That makes the city has main role here equal with the four girls. And surprise, on March 20th 2018, Cynthia Nixon who played Miranda Hobbs has announced that she is running for Governor of New York City ! As a democrat, she will face Governor Cuomo in a September primary.


Cynthia Nixon as Miranda Hobbes in SATC


As a big fan of SATC, it really got me. Because she just brings her Miranda Hobbes character into reality. In SATC, she is a smart woman who has a job as lawyer, tough one. She loves NYC especially Manhattan, as much as other girls that she is really sad when she needs to move to Brooklyn because she needs to find bigger house for her family. So is with Carrie Bradshaw who was being invited by her boyfriend to move to Paris for good. They embrace NYC so much in the show. And by Cynthia Nixon is one step closer to become the governor of NYC, I think it will touch all big fan's hearts of SATC including me !

Unfortunately (for me), Cynthia is a lesbian in real life. She has a wife that she married long time ago. As I never (and won't) support LGBTQ, for me it's a shame if NYC has a lesbian governor. Cynthia has been active in politics, particularly on behalf of LGBTQ issues. She was politically vocal last year at the Tony Awards when she won for Best Featured Actress in Lillian Hellman’s The Little Foxes and has not held back when it comes to Trump. So you can already guess, lot of her policy plans will include lot of support for LGBTQ. And she also will legalize Marijuana, which is still quite controversial because lot of people would agree and disagree. But she is unstoppable. As I see from the news, the campaign has already started since a month. And it seems that she has lot of supporters who would vote her. 

Cynthia as a governor candidate. Such a Miranda Hobbes move

If I was New Yorker, I might not give my vote for her due to her lesbian status. But I will be still amazed that she brings her character as Miranda Hobbes in SATC to reality. After SATC 2 the movie, there will be no SATC 3 for sure, because one of the main character could be a governor this year and also Kim Catrall who played Samantha Jones seems having a personal issue with executive producer Sarah Jessica Parker. It is devastating that there will be no more SATC series or movie but I can still enjoy watching the old shows. Good luck for your candidacy, Cynthia. You will be forever Miranda Hobbes in my heart...


Minggu, 15 April 2018

"Laras" (published in vemale.com)

Ini kisah tentang sahabat wanita saya yang dulunya kami memiliki hubungan yang sangat dekat. Tidak heran, karena kami satu kosan selama bertahun-tahun ketika menempuh pendidikan disalah satu kota di pulau Jawa. Meskipun kami memilih jurusan kuliah yang berbeda, saya ambil manajemen dan dia ambil kedokteran, tapi karena tinggal seatap, kami sudah seperti saudara sendiri. Sebut saja namanya Laras. Dia lebih tua sekitar lima tahun dari saya sehingga Laras sudah saya anggap sebagai kakak saya selama diperantauan.

Kami sering sharing mengenai kehidupan kami. Hampir semua hal kami curhatin tiap hari. Mulai dari masalah pacar, kuliah, pertemanan, keluarga dan sebagainya sehingga kami sangat mengetahui kisah hidup masing-masing. Laras adalah seorang anak yatim yang sudah lama ditinggal ayahnya. Ibunya masih bekerja pada saat itu sebagai PNS dan adik laki-lakinya juga sedang memasuki jenjang kuliah. Laras memiliki seorang long-term boyfriend yang sudah dipacarinya sejak SMA. Sehingga pada saat itu, sudah sembilan tahun lamanya mereka berpacaran.

Laras sering sekali menceritakan tentang bagaimana pacarnya sangat mencintainya. Sebut saja nama pacarnya, Satria. Pada saat itu, tiap kali saya di kosan bercerita tentang pacar saya, dia selalu bilang kebaikan pacar saya tidak apa-apanya dengan Satria. Begitu juga dengan teman kosan yang lain, ketika kami sudah mulai membicarakan topik tentang cowok, Laras pasti memamerkan kebaikan pacarnya kepada kami sampai terkadang kami kesal sendiri.

Di belakangnya, tidak jarang teman kosan saya yang lain membicarakan bagaimana kesalnya mereka kalau Laras sudah mulai menyombongkan tentang kebaikan pacarnya. Memang sih, meskipun Satria tidak ganteng-ganteng amat, tapi Satria adalah pemegang gelar sarjana teknik dari ITB dan saat itu sedang mengambil pendidikan Magister Manajemen. Laras bangga sekali dengannya. Belum lagi kalau menurut cerita Laras, sekejam apapun perlakuan Laras ke Satria, dia akan selalu bertekuk lutut mengalah dengan Laras. Satria sangat mencintai Laras tanpa syarat, begitulah cerita tentang Satria menurut versinya Laras. Karena Satria sering main ke kosan untuk mengunjungi Laras, jadinya kami semua juga lumayan sudah mengenal Satria. Menurut saya orangnya memang baik dan penurut. Watak Laras yang lumayan keras, memang cocok bersanding dengan laki-laki seperti Satria yang sepertinya suka mengalah. Saya dan teman kosan yang lain juga sangat mendukung kalau mereka menikah setelah Satria lulus dari pendidikan magisternya.

Beberapa tahun kemudian, sampai pada suatu hari, kami semua seperti tersengat petir disiang bolong. Salah satu teman kosan saya, Nanda, menerima undangan pernikahan. Sebenarnya bukan untuk Nanda, tapi untuk papa nya. Dan Nanda kaget bukan main melihat itu adalah undangan pernikahan Satria dengan wanita lain, bukan dengan Laras ! Hanya dalam waktu singkat berita itu sudah sampai ke telinga lima orang teman kosan saya yang lain. Kami langsung berembuk apa yang harus kami lakukan. Karena sampai saat itu, yang kami tahu Laras masih berpacaran dengan Satria, dan Laras tidak pernah bilang kalau dia putus atau apa. Hanya saja dia bilang selama beberapa bulan ini dia merasa sedikit jauh dengan Satria, itu saja.

Sampai pada akhirnya Laras kami beritahu keesokan harinya, dia sangat kaget dan marah kepada kami. Dia bilang kenapa kami tidak memberitahu berita itu secepatnya supaya dia bisa menggagalkan pernikahan Satria atau minta tanggung jawab dengan Satria karena sudah meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Pada saat itu kami mengerti kalau Laras hanya sedang tidak bisa berpikir jernih. Yang bisa kami lakukan hanyalah menerima kemarahannya kepada kami, menemaninya dan menenangkannya. Hari-hari selanjutnya kami lewati dengan mendampingi Laras tiap kali dia butuh teman cerita. Sebagai perempuan, kami mengerti sekali betapa sakitnya ditinggal nikah oleh kekasih yang sudah dipacari hampir satu dekade tanpa ada pembicaraan sedikitpun.

Beberapa bulan kemudian, Laras mencoba untuk move on. Banyak teman-teman kampusnya yang selalu berusaha mengenalkan dia dengan pria-pria yang potensial untuknya. Setelah beberapa lama, akhirnya dia berpacaran dengan Hilman, yang bekerja di perusahaan Amerika dan sering dikirim tugas ke luar negeri. Akan tetapi hanya sekitar berapa bulan, Hilman memutuskan hubungan dengan Laras. Hanya merasakan kebahagiaan sebentar, Laras sudah harus merasakan kepahitan lagi. Seperti membuka luka lama yang bahkan belum pulih. Hari-hari dilalui Laras dengan sedih. Meskipun dari luar terlihat biasa saja, tapi sebagai sahabatnya saya tahu kalau dia cuma berpura-pura tidak ada apa-apa. Setelah Hilman, dia sempat beberapa kali menjalin hubungan dengan pria tapi masih saja gagal. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk PTT ke daerah yang jauh sekali dari kampung halamannya. Mungkin dia ingin benar-benar melupakan kehidupannya di pulau Jawa dan mengasingkan diri ke Atambua..

Pada saat dia PTT, saya pun sudah lulus kuliah. Selesai juga masa perantauan saya dan saya kembali ke kampung halaman hingga sekarang. Teman-teman kosan yang lain juga kembali ke kota masing-masing setelah selesai menempuh pendidikan di kota orang. Sedihnya, kami tidak bisa bersama-sama lagi seperti dulu waktu masih satu kos. Komunikasi pun cuma bisa hanya sesekali karena kami sudah sibuk dengan kehidupan baru masing-masing. Sampai pada akhirnya saya mendapat berita kalau Laras sudah menikah di Atambua. Dia menikah dengan anak kepala puskesmas tempat dia bekerja. Yang bikin saya lebih kaget lagi, Laras pindah agama, mengikuti agama si suami. Saya dan teman-teman yang lain sangat kaget dengan cerita kehidupan Laras di Atambua. Kehidupannya jauh berbeda ketika dia masih menempuh pendidikan dokter. Seperti lebih memprihatinkan karena katanya suaminya sangat dominan terhadapnya. 

Setelah menikah, Laras seperti menarik diri dari kami. Mungkin karena dia merasa kami akan menghakimi keputusannya yang tidak disangka-sangka. Laras juga menarik diri dari ibu dan adik laki-lakinya karena tidak ada dari mereka yang setuju dengan pernikahan Laras dan keputusannya untuk pindah agama. Kami pun mengetahui kalau ternyata Laras masih mempunyai seorang Ayah, hanya saja ayah dan ibunya sudah bercerai sejak Laras masih kecil. Sementara yang kami tahu selama ini dari Laras kalau ayahnya sudah meninggal dunia.

Saat ini Laras sudah mempunyai dua orang anak. Kami hampir tidak pernah lagi berkomunikasi sedikitpun. Terkadang kalau saya merasa kangen dengannya, saya cuma mengunjungi profil facebook nya saja. Dia terlihat bahagia sekali dengan keluarga kecilnya di foto. Saya menyayangkan keputusan Laras untuk pindah agama, menetap di Atambua, menarik diri dari kami dan keluarganya, tapi mungkin dari situlah Laras mendapatkan kebahagiaannya. Meskipun dari cerita teman Laras yang sama-sama PTT di Atambua, kalau kehidupan Laras lebih memprihatinkan dibanding sebelum dia menikah, tapi mungkin itu tidak penting baginya. Mungkin yang terpenting untuk Laras adalah dia sudah memiliki seorang suami dan anak-anak seperti yang sudah dia impikan sedari dulu waktu masih bersama dengan Satria. 

Begitulah cerita tentang sahabat wanita saya yang sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya yang mungkin disebabkan dari rasa sakit karena berkali-kali merasakan pedihnya patah hati. Apapun itu, saya cuma berharap semoga keputusan yang sudah dia ambil mengarahkannya kepada kebahagiaan yang selama ini dia cari.. Love you always, sister :)

Rabu, 04 April 2018

Central Java Trip (Part 2)

Di blog saya yang sebelumnya, saya sudah berbagi pengalaman mengasyikan di kota Cilacap dan Purwokerto khususnya daerah wisata Baturraden, Dan kali ini saya mau lanjut cerita tentang area wisata Small Garden & Small World yang terletak di Baturraden. Sesuai dengan namanya, wisata ini menawarkan taman yang indah untuk dijelajahi dengan pemandangan pegunungan yang amazing, serta berbagai miniatur ciri khas negara-negara di dunia yang iconic, seperti miniatur menara Eifel, Merlion, Monas, menara Pisa dan lain-lain. Langsung saja saya memulai sesi foto-foto dan selfie. Waktu saya baru tiba disana lumayan masih pagi sehingga belum terlalu banyak pengunjung. Sehingga kami lebih bebas untuk berfoto tanpa ada photobomb. 

 

Seandainya dulu berkesempatan foto prewed disini
Beberapa sudut yang ada di taman ini kalau di foto tampak seperti di Eropa. Saya tidak melebih-lebihkan ya, karena memang pemandangan gunungnya mengingatkan saya dengan pemandangan di Swiss atau Jerman yang saya lihat dari tv atau internet. Bedanya cuma tidak bersalju, tapi tidak kalah cantik kok dengan view yang ada di luar negeri

Sudah seperti di Belanda, belum? :)


Minusnya, lagi-lagi untuk urusan perut tidak ada banyak pilihan yang tersedia di tempat wisata ini. Seingat saya cuma ada satu kafe yang buka dengan menu-menu modern seperti chicken wings, ayam goreng dan sejenisnya. Mungkin juga keterbatasan pilihan makanan disini karena memang tempat wisata ini cukup terbilang baru. Dan saya perhatikan juga banyak rombongan pengunjung yang membawa makanan sendiri, sehingga jadi seperti piknik. Tapi semoga kedepannya ditahun-tahun mendatang disaat saya kembali lagi, sudah ada banyak pilihan makanan untuk pengunjung yang harus mengisi perut.
Well, itulah sedikit cerita saya dari Baturraden, Purwokerto. Tidak hanya banyak pilihan wisata yang ditawarkan, tapi juga kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak karena tarif masuk ke dalam lokasi wisata sangat terjangkau. Contohnya HTM untuk masuk ke Small Garden ini hanya 20 ribu/orang. Semoga saya bisa liburan lagi ke Baturraden bersama dengan lebih banyak orang supaya tambah seru dan mengasyikan.

3. Yogyakarta

Kota ini sudah sangat populer tidak hanya bagi kita orang Indonesia, tapi juga bagi turis-turis mancanegara. No wonder, because Yogyakarta is wonderful ! Tidak sering kita temukan sebuah kota yang masih kental sekali seni dan budayanya juga banyak pilihan tempat untuk berwisata. Kalau bagi saya pribadi, Jogja adalah saksi penting awal hidup saya karena saya mengadakan acara lamaran di kota ini. Sayangnya karena saya cuma stay satu malam di Jogja sebelum kembali ke Balikpapan jadi tidak banyak tempat yang bisa saya eksplor. Setelah tiba di Jogja dan beristirahat sebentar di hotel, pas setelah magrib saya mulai "beredar" untuk menikmati suasana kota Jogja. Hotel yang saya tempati tidak berada di kawasan Malioboro, lebih tepatnya di Jalan Mangkuyudan, Mantrijeron. Saya ingin cari suasana baru saja selama di Jogja, lagipula untuk menuju ke daerah Malioboro hanya membutuhkan waktu tidak sampai 15 menit dengan mobil. Tujuan pertama saya adalah Mal Malioboro untuk makan malam. Bagi saya makan di mal lebih banyak pilihan dibanding makanan yang dijual lesehan atau di jalan ditambah lagi saya banyak mengetahui pengalaman turis-turis yang kena tipu masalah harga makanan. Kalau di mal harganya sudah jelas, tidak bisa diubah-ubah. Pilihan makanannya pun banyak, tidak melulu gudeg atau pecel. Malam itu saya memilih makan nasi hainan dan bebek peking panggang. Endeeuuss sekali kalau kata orang-orang jaman now
Suasana di dalam mal juga sangat ramai, karena kebetulan pada saat itu sedang long weekend sehingga orang-orang yang berkunjung ke Jogja jauh lebih ramai dari biasanya. Setelah selesai makan malam dan cuci mata di mal sebentar, saya langsung menuju ke jalan Malioboro yang legendary. Hanya dengan jalan-jalan saja dan melihat sekitar sudah cukup menghibur saya. Karena di sepanjang jalan kita bisa menikmati bangunan-bangunan tua dan bersejarah, juga ada semacam pertunjukan jalanan dari seniman-seniman jalanan Jogja. 

Kawasan 0 Kilometer
"No caption needed" :)
Setelah sudah merasa sangat lelah berjalan-jalan kami segera menuju ke hotel untuk beristirahat. Keesokan harinya kami memutuskan untuk sarapan pagi di alun-alun kidul yang ada pohon beringin kembar "lejen" nya. Saya lupa nama warung tempat saya sarapan apa, tapi yang pasti bubur ayamnya oke punya ! Lontong sayurnya juga luar biasa endulita jos gandhos. Sederhana tapi enak dan murah meriah. Setelah sarapan akhirnya kami memutuskan untuk ke satu tempat lagi sebelum kami pulang ke Balikpapan, yaitu ke Candi Prambanan. Tapi sebelum menuju candi, tidak lengkap rasanya kalau tidak mencoba berjalan diantara pohon beringin kembar yang mitosnya sudah sangat terkenal. Kelihatannya mudah ya, tinggal berjalan lurus sambil tutup mata melewati pohon beringin, tapi percayalah bagi sebagian orang atau malah kebanyakan orang merasa itu sangat sulit. Saya pun merasakannya, padahal saya sudah merasa berjalan lurus saja tapi ternyata saya melenceng jauh ke kanan. Di percobaan kedua, saya sudah berhasil berada di tengah tapi selanjutnya miring ke kiri. Mungkin karena saya masih merasa ragu-ragu untuk berjalan lurus ke depan. Beda lagi dengan suami saya yang berhasil berjalan lurus melewati pohon bringin kembar di percobaan pertama. Terlepas dari apapun mitosnya, mulai dari doa yang terkabul, dan lain-lain bagi saya berjalan melewati pohon beringin kembar hanya hiburan semata.


Selanjutnya kami menuju ke Candi Prambanan. Butuh waktu sekitar setengah jam kalau tidak macet, dari alun-alun Kidul. Setelah tiba di kawasan wisata Candi Prambanan, tidak lupa kami berfoto di depan sebelum masuk ke area candi. Sudah mulai terlihat banyak turis-turis bule yang berada disitu dan diminta foto bareng oleh pengunjung lokal. Mulai memasuki area candi, saya bisa melihat Prambanan dari kejauhan dan menurut saya sangat luar biasa. Kalau Kamboja punya Angkor Wat, Thailand punya Pagoda, sementara Indonesia punya banyak candi yang megah salah satunya ya Prambanan ini. Sebelum menuju ke candi yang paling besar di tengah, kita bisa melihat reruntuhan sisa-sisa candi kecil yang disebabkan oleh gempa besar ditahun 2006 silam. Sangat disayangkan.. tapi apa boleh buat, tidak ada yang bisa menentang bencana alam. 



Mulai menjelajah masuk ke dalam candi, saya lumayan sedikit lelah dengan beberapa anak tangga yang perlu dilewati. Tidak banyak, tapi karena sudah lumayan jauh berjalan dari pintu masuk jadi akhirnya saya sedikit merasa kepayahan untuk menaiki beberapa anak tangga di beberapa candi. Ketika saya menengok ke dalam sebuah candi yang paling besar, di dalamnya tidak apa-apa, hanya ada patung dewa (mungkin) dan ruangan gelap. Baunya juga seperti bau bangunan yang tua membuat saya sedikit ragu untuk masuk ke dalam area yang gelap. Ada juga beberapa area di dalam candi yang dilarang untuk dimasuki oleh wisatawan. Namanya juga bangunan dari abad ke - 9 masehi, pasti ada aturan-aturan tertentu yang harus kita patuhi ketika berada di bangunan tersebut. Selain dilarang masuk ke beberapa tempat, kita juga dilarang untuk memanjat candi.
Kalau diperhatikan setiap pahatan yang detail ditiap candi, semuanya mengandung nilai seni yang tinggi. Hal ini membuat saya menjadi tambah bangga dengan bangsa ini dengan semua peninggalannya dari jaman dulu. Semoga pemerintah kita bisa senantiasa menjaga dengan sepenuh hati cagar budaya yang dimiliki oleh Indonesia yang tentu saja tidak dimiliki oleh negara lain.



Sekian catatan perjalanan saya selama sekitar seminggu liburan di tiga kota. Singkat, tapi saya merasa beruntung bisa berkunjung ke beberapa tempat yang semuanya meninggalkan kesan yang berarti dihati saya. Melelahkan pastinya, tapi juga menyenangkan. Dan sekarang saatnya kembali kepada kenyataan, melihat setumpuk pekerjaan di kantor yang menuntut untuk segera diselesaikan.
Dan bagi Anda, apakah masih ingin menghabiskan kocek yang tidak sedikit hanya untuk pergi mengunjungi negara-negara tetangga yang tidak jauh lebih indah dan menarik dari Indonesia ? 

Central Java Trip (Part 1)

Kalau Anda lagi punya rejeki lebih untuk plesiran, dan mempertimbangkan mau ke luar negeri tapi yang dekat-dekat saja, seperti Malay, Thailand, Hongkong, Vietnam, dll, saya sarankan pikir dua kali. Kenapa? Karena negara kita tercinta ini, Indonesia, sure has it all dibanding negara-negara tersebut. Mulai dari kuliner, pemandangan alam, ragam objek wisata pokoknya lengkap deh ! Saya sudah buktikan sendiri berkali-kali setiap ada kesempatan untuk mengunjungi kota-kota di Indonesia. Dan kali ini saya berkesempatan untuk berkunjung ke dua kota di Jawa Tengah, yaitu Cilacap dan Purwokerto. Dan satu lagi kota lainnya, Yogyakarta. Di tiap kota saya mendapatkan banyak pengalaman mengasyikan yang berbeda - beda. Berikut sedikit cerita dari saya..

  1. Cilacap 
Kenapa saya bisa sampai "nyasar" ke kota ini, yang pasti semua karena suami. Dia kelahiran Cilacap dan punya banyak sekali keluarga besar di kota itu. Kami sudah menjadwalkan untuk mengunjungi kedua orangtua suami dan keluarga yang lain di bulan Maret tahun 2018. Ini adalah kali kedua saya berkunjung ke kota yang juga dijuluki Kota Industri dan Bercahaya tersebut. Tapi kedatangan saya yang pertama cukup singkat dan belum sempat mengeksplor lebih jauh. Dan kali ini, selama kurang lebih empat hari disana, saya cukup puas jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat yang menarik. Yang pertama adalah kawasan pantai Teluk Penyu. Pantai ini terletak dekat dengan pulau Nusakambangan yang populer itu. Sayangnya saya tidak sempat menyebrang ke pulau tersebut dikarenakan kendala waktu yang mepet. Tapi saya cukup puas sudah berada dekat sekali dengan pulaunya dan bisa melihat sendiri bagaimana keindahan pulau tersebut meskipun cuma dari seberang lautan.

Sekilas pemandangan dari Pantai Teluk Penyu

Masih dalam kawasan pantai Teluk Penyu, terdapat sebuah benteng besar bawah tanah dari jaman penjajahan dulu, yaitu Benteng Pendem. Lagi-lagi saya tidak sempat masuk ke dalam benteng, karena kendala waktu. Saya tiba disana sudah sekitar jam lima sore, sudah terlalu larut untuk mengunjungi sebuah benteng tua. Tidak ada pengunjung yang terlihat sehingga area di dalam benteng terlihat sangat sepi. Saya tidak cukup bernyali untuk menjelajah benteng bawah tanah hanya berdua dengan suami. Akan tetapi saya sudah cukup senang bisa berfoto didepan pintu gerbang bentengnya hanya sebagai penanda kalau saya sudah mampir kesitu. Hehe..

Benteng Pendem, tampak depan




Setelah berlalu dari daerah pantai, kami menuju ke alun-alun kota. Hampir sama saja seperti alun-alun kota umumnya yang ada lapangan yang dijadikan warga setempat untuk menghabiskan waktu sambil menikmati jajanan yang dijual di sekitar alun-alun. Juga ada masjid besar di dekat situ yang kami gunakan untuk menunaikan ibadah solat magrib sebelum pulang ke rumah karena membutuhkan waktu sekitar setengah jam dari pusat kota Cilacap untuk pulang.
Oh iya, saya juga sempat jalan-jalan ke Plaza Borobudur untuk sekedar makan, cuci mata dan nonton. Ada bioskop yang baru sekitar setahun dibuka di plaza tersebut yang bernama Dakota Cinema. Harga tiketnya terbilang cukup murah yaitu hanya 25 ribu di hari kerja. Bioskopnya sendiri tidak terlalu besar seperti XXI atau CGV, tapi cukup nyaman dan modern... 

       2. Batur Raden, Purwokerto

I definitely will be going back to this city again someday ! Itulah kesan yang saya dapatkan setelah saya menghabiskan waktu sekitar dua hari di Purwokerto. Pertama, saya mengunjungi makam eyang yang terletak di kota Purwokerto nya. Karena saya tidak sering-sering berangkat ke Jawa, jadi tiap ada kesempatan untuk berkunjung ke Jawa Tengah pasti saya mampir untuk "nyekar" ke makam eyang dan beberapa anggota keluarga lain dari ayah saya yang dimakamkan di Purwokerto, di area makam Tanjung namanya. Setelah meluangkan waktu untuk ziarah, saya sudah tidak sabar untuk segera menuju ke lokasi Batur Raden, yaitu daerah wisata yang berada di kaki Gunung Slamet. Memerlukan waktu hanya sekitar setengah jam perjalanan dari kota Purwokerto menuju resort tempat saya menginap di daerah Batur Raden. Saya selalu excited kalau liburan ke daerah pegunungan dibanding ke pantai. Bagi saya, daerah pegunungan lebih tepat untuk relaksasi, mulai dari pemandangannya, udaranya dan tempat-tempat wisatanya. Dan benar saja, pilihan untuk berwisata ke Batur Raden sangat tepat buat saya. Baru saja berkendara menuju resort, kami sudah disuguhkan dengan pemandangan-pemandangan indah. Jalan yang terus menanjak membuat saya bersemangat, karena semakin menanjak, semakin bagus pemandangan kota dari kejauhan yang disuguhkan.

Komplek resort tempat kami menginap

Taman di area resort
Setibanya di resort, saya sama sekali tidak kecewa. Kamarnya bagus dan privat sekali konsepnya. Ditambah dengan taman-taman yang indah yang memanjakan mata. Akan tetapi saya dan suami tidak berniat untuk berlama-lama istirahat karena kami sudah tidak sabar untuk melihat wisata apa yang Batur Raden tawarkan.
Yang pertama, kami menuju ke lokawisata Baturraden. Seingat saya cukup dengan 14 ribu/orang untuk bayar tiket masuk, kita sudah bisa menikmati semua objek wisata didalam lokawisata Baturraden. Di dalamnya terdapat kolam renang, sepeda angin, terapi ikan, flying fox dan banyak lainnya. Akan tetapi untuk menikmati beberapa fasilitas tersebut ada harga tiketnya sendiri lagi. Bagi yang tidak suka untuk basah-basahan atau menguji adrenalin dengan bersepeda di ketinggian, cukup dengan jalan-jalan saja rasanya sudah puas. Karena di dalam lokawisata terdapat beberapa pemandangan menakjubkan seperti air terjun, air mancur yang menyatu dengan alam dan lain-lain.

Salah satu landscape yang menakjubkan di dalam lokawisata


Dapat bonus disuguhi pelangi yang terlihat di tengah air mancur
Salah satu pemandangan air terjun yang luar biasa
Hanya mengitari seluruh area lokawisata saja rasanya sudah cukup melelahkan. Sayangnya, untuk urusan perut, lokawisata ini kurang memberikan banyak variasi makanan yang tersedia. Hanya ada pecel kupat tahu dan mendoan dimana-mana. Ketika saya sudah senang melihat gerobak bakso dan soto ayam, eh tidak ada penjualnya. Jadilah saya makan siang dengan pecel saja. Meskipun di pegunungan tapi cuaca yang panas masih saja terasa menembus kulit. Jadinya kami juga sering cepat haus dan menghabiskan berbotol-botol minuman selama mengeksplorasi area lokawisata yang mengharuskan kita menaiki banyak anak tangga untuk menuju ke tempat yang menyuguhkan pemandangan indah.



Malam harinya, seolah tidak menghiraukan rasa lelah, kami memutuskan keluar untuk menikmati pemandangan Batur Raden dimalam hari sekaligus cari tempat makan malam yang enak. Tidak cukup banyak pilihan restoran,  dan akhirnya kami memutuskan singgah di restoran Pringsewu. Sepertinya restoran ini yang paling terkenal di Purwokerto. Setelah masuk ke area restorannya yang luas dengan konsep indoor dan outdoor saya langsung teringat kalau beberapa tahun yang lalu saya pernah makan disini dengan keluarga besar. Jadilah saya seperti nostalgia. Pelayanannya pun cukup memuaskan, ketika kami selesai order, pelayan restorannya bertanya apakah ada dari kami yang sedang berulang tahun atau sedang merayakan sesuatu. Saya menjawab tidak ada, ultah saya sudah lewat bulan lalu. Si pelayan memastikan lagi, mungkin kami sedang merayakan tanggal jadian atau apa, dan saya bilang ke dia kalau bulan ini kami baru melewati anniversary pernikahan. Dan pelayannya langsung menawarkan apakah mau dirayakan, gratis sebagai servis dari restoran. Oh, jelas saya mau. Hehe..
Dan jadilah foto ini serta free puding sebagai sedikit ucapan selamat dari restoran. Sebenarnya ditawarkan pertunjukkan angklung khusus buat kami berdua, tapi kami memilih untuk difoto saja.



What a perfect moment to end the first night in Baturraden :)
Keesokan harinya, sembari ingin mencari sarapan pagi yang lezat di Baturraden, kami menemukan sebuah objek wisata lagi yaitu Small Garden. Tempat wisata yang satu ini tidak kalah indahnya dengan lokawisata. Menawarkan pemandangan pegunungan yang sangat indah dengan properti yang menunjang untuk menghasilkan foto-foto yang istimewa. Sepertinya tempat ini memang khusus untuk berfoto. Bahkan ada penawaran khusus untuk prewedding photography disini dengan tarif yang cukup murah yaitu 200 ribu untuk tiga jam sesi pemotretan. Tapi untuk cerita dan foto-fotonya saya sambung ke blog selanjutnya ya :)