Minggu, 03 Februari 2019

Kuis Shopee Live - Bikin Gregetan

Saya ingat-ingat pertama kali tertarik dengan Shopee itu dikarenakan ada gratis ongkirnya. Setelah nyoba sekali belanja lewat platform online shopping yang punya ciri khas warna oranye tersebut, saya jadi ketagihan. Sampai sekarang sudah ga terhitung lagi berapa kali belanja di Shopee ditambah lagi dengan cashback-cashback yang ditawarkan dan pastinya menggiurkan. Selain itu juga di aplikasi Shopee tersedia berbagai macam games-games yang seru dan bikin addicted, salah satunya adalah kuis Shopee live yang diadakan tiga kali sehari, yaitu di jam 6 sore (wita), jam 9 dan jam 10 malam.

Sudah sekitar semingguan saya ikutan main kuis ini. Tiap sesi dipandu oleh host-host Shopee yang jago cuap-cuap. Aturan mainnya sendiri cukup sederhana. Kita akan diberikan tujuh pertanyaan yang akan dimunculkan di layar hp beserta dengan empat pilihan jawaban. Masing-masing pertanyaan ada waktu hanya 10 detik yang diberikan untuk kita mikir dan memilih jawaban. Apabila kita salah menjawab, maka kita langsung terleminasi dan otomatis tidak bisa ikut menjawab pertanyaan selanjutnya. 

Terlihat mudah kan? Tapi percayalah, sulit banget untuk bisa jadi pemenang atau menjawab dengan benar semua pertanyaan yang diberikan. Karena makin menuju pertanyaan terakhir, tingkat kesulitan pertanyaan makin meningkat. Biasanya di pertanyaan keenam saya sudah tumbang, tapi kadang di pertanyaan keempat juga bisa gugur. Karena bisa aja disesi jam enam pertanyaan keempat mudah, akan tetapi disesi jam sembilan pertanyaan keempat sudah yang sulit. Jangan tanya lagi dengan pertanyaan terakhir alias pertanyaan ketujuh. Hanya keberuntungan aja yang umumnya bisa bikin kita jawab dengan benar. 

Sumber pertanyaannya sendiri berasal dari berbagai macam hal, mulai dari film, pengetahuan sosial, rumus kimia, musik, sejarah, games, K-POP, anime dan lain-lain. Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang paling sulit dari kuis Shopee live menurut saya:
  1. Anggota tim Taka dalam kartun Naruto kecuali apa
  2. Hari Angkut Nasional diperingati setiap tanggal berapa
  3. Judul salah satu soundtrack film "Kimi No Na Nawa" adalah
Dan masih banyak lagi contoh pertanyaan sulit lainnya tapi saya sudah lupa. Intinya, selain harus punya pengetahuan yang luas, kita juga harus percaya dengan "feeling" kita dalam menjawab pertanyaan yang sulit. 

Meskipun awal-awal ikut kuis ini saya mikir mustahil banget bisa menang, tapi nyatanya hingga hari ini (tanggal 3 Februari) saya sudah menang empat kali :D. Setelah sering ngikutin kuis ini, saya jadi ketemu tips dan tricknya sendiri supaya bisa menang. Atau setidaknya membantu menjawab pertanyaan hingga pertanyaan keenam. Karena saya orangnya murah hati dan ga sombong (kidding ya hehe), berikut saya bagi tips dan trick untuk bisa sukses menjawab ketujuh pertanyaan.

  • Selalu perhatikan kisi-kisi yang diberikan oleh host diakhir kuis. Meskipun kadang kisi-kisi ini membantu dan kadang juga tidak tapi ga ada salahnya memperhatikan kisi-kisi yang diberikan untuk sesi selanjutnya
  • Siapkan dua device gadget atau handphone, satu untuk ikutan kuis dan satunya lagi untuk buka google
  • Kecepatan typing sangat menentukan dalam hal mencari jawaban di google mengingat waktu yang dikasih untuk menjawab sangat singkat. Kadang karena panik juga, kita fokus ngetik dan akhirnya kelewat ga sempat pilih jawabannya dan akhirnya jadi tereliminasi
  • Last but not least, percayalah sama feeling kita sendiri. Karena untuk menjawab pertanyaan ketujuh, jawabannya memang seperti disengaja tidak bisa dicari di google sehingga kita hanya bisa mengandalkan feeling dan keberuntungan saja. Contohnya: Pertandingan Australia Open terlama yang berdurasi 5 jam 53 menit terjadi ditahun berapa. Nah ga mungkin banget kita bisa ngetik itu semua di google dalam waktu kurang dari 10 detik. So, believe in what your gut say itu cukup penting untuk bisa menjawab pertanyaan yang sulit.
Hadiahnya sendiri bisa dibilang ga banyak. Karena tiap sesi total uang yang dibagikan rata untuk para pemenang hanya 10 juta. Jadi misalnya diakhir pertanyaan yang bisa menjawab dengan benar adalah 500 orang, jadi 10 juta dibagi 500 sehingga per orang dapat 20000 dalam bentuk koin shopee yang hanya bisa digunakan di aplikasi Shopee. Tapi bagi saya pribadi, bukan hadiahnya yang bikin saya pengen menang, melainkan untuk memuaskan rasa penasaran aja. Karena kalau kalah dan harus terleminasi di tengah-tengah permainan dan ga bisa ikut jawab pertanyaan lagi rasanya itu bikin gregetan banget hehe. Oya pernah juga sih ada satu sesi kuis yang jadi pemenang cuma 14 orang, jadi per orang nya mendapatkan sekitar 700000 koin yang bisa dibelanjakan di Shopee. Lumayan banget kan.. Umumnya tiap sesi ada sekitar 20ribuan orang yang ikutan main. So, buat kamu para pengguna Shopee yang belum pernah main, tunggu apa lagi? Yuk, segera ikutan kuisnya biar bisa ngerasain gregetan juga sama kaya saya.


Jumat, 25 Januari 2019

Movie Review: Gonjiam: Haunted Asylum (Korean - 2018)


(Source: Google image)

Sebenarnya saya pesimis bisa kasih review panjang untuk film ini karena dari konsep ceritanya sendiri lumayan simple dan gampang ditebak. Saya juga tergolong telat banget nontonnya karena kemarin film ini ga terlalu bertahan lama di bioskop, hanya tayang di CGV tidak di XXI, jadi bener-bener kelewat banget nontonnya karena nungguin kapan ada waktu luang. Kebetulan juga saya sudah beberapa hari ini berkesempatan kerja di rumah aja, jadilah saya binge-watching tv series dan film-film yang belum sempat saya pantengin di bioskop dan hari ini berjodohlah saya nonton Gonjiam: Haunted Asylum.

Sambil nonton, saya juga cari-cari referensi tentang film ini. Cari-cari review orang yang sudah nonton dan rating film ini menurut versi mereka. Sebagian yang saya temukan rata-rata pada bilang film ini "b" aja. Itu untuk reviewer lokal ya, agak sedikit beda dengan reviewer dari luar negeri. Kebanyakan komentar mereka bilang kalau film ini nyeremin banget. Maklum aja sih, standar keseraman film horor untuk Asians, khusunya untuk orang-orang Indonesia memang cukup tinggi. Karena film-film kita emang nyeremin dan setannya oke punya meskipun tergolong setan-setan kere macam pocong, kunti. genderuwo,dll yang outfit nya sederhana aja ga neko-neko bahkan terkadang compang camping. Beda lagi dengan orang-orang barat yang lumayan cemen dalam hal nonton film horor. Baru dikasih liat werewolf atau monster-monsteran aja udah takut, baru dikagetin vampir udah bisa bikin histeris.  Jadi wajar aja kalau Gonjiam lumayan overrated di Amrik sana.

Film ini bercerita tentang beberapa youtuber yang tergabung dalam channel Horror Times. Sang leader yang bernama Ha-Joon berinisiatif mengumpulkan keenam anggotanya untuk menjelajahi salah satu tempat yang paling angker di Korea yaitu gedung terbengkalai bekas rumah sakit jiwa yang bernama Gonjiam dan menyiarkan eskplorasi mereka secara live di Youtube. Setelah ada berita bahwa ada beberapa remaja yang hilang setelah mengengksplor tempat angker tersebut, Ha-Joon ingin melakukan pembuktian apakah tempat itu memang benar angker dan berbahaya. Selain itu juga Ha-Joon berambisi ingin meraih viewer sebanyak-banyaknya di channel Youtube mereka untuk dapat income dan adsense dari Youtube (kekinian banget sih motivasinya).

Singkatnya, keenam orang yang langsung turun ke lapangan tersebut mendapatkan banyak gangguan ketika mengeksplorasi Gonjiam. Awalnya mereka hanya mendapat gangguan-gangguan gimmick yang dibuat oleh dua orang suruhan Ha Joon, tapi makin lama mereka disitu mereka mendapat gangguan yang memang berasal dari setan-setan di dalam gedung angker yang terkutuk itu. Teror demi teror yang mencekam mereka dapatkan selama eksplorasi. Untuk menyerah dan ingin berhenti menjelajah gedung itu pun sudah terlambat karena sekali mereka memasuki Gonjiam, tidak ada yang bisa keluar dengan selamat. Sampai pada akhirnya satu persatu dari mereka "diculik" sama setan dengan cara yang berbeda-beda.

Menurut saya, film ini bisa dibilang oke punya. Thrillingnya dapet, alur ceritanya oke dan yang pasti bikin stick in my mind alias masih keinget-inget aja setelah nonton, pertanda kalau film ini lumayan berkesan bagi saya. Seandainya ada yang perlu diubah, saya mau setannya yang diubah. Karena dalam ekspektasi saya setannya lebih ke arah arwah-arwah gitu, tapi ternyata setan di film ini sedikit menyerupai zombie karena bisa melakukan kontak fisik dengan manusia meskipun memang cara mereka menampakkan diri tetap bikin merinding. Latar tempat juga menurut saya oke banget untuk sebuah film horor menjadikan spooky vibes nya kuat dan sangat mencekam. Dari segi para pemain juga sangat mendukung dengan akting yang natural dan ga berlebihan.

Overall, saya ga kecewa dengan film ini karena dari segi cerita sangat menarik dan ga ngebosenin. Misalnya ada mitos ruangan 402 yang sangat terkutuk. Selain itu juga banyak adegan-adegan di filmnya cukup mencekam salah satunya yang pas di kamar mandi. Waktu saya melihat sinopsisnya sebelum nonton, I can already guess that I would love this movie, and yes, it doesn't let me down. Sayangnya untuk sebagian para penonton-penonton lokal, film ini underrated buat mereka. Saya masih ga ngerti juga bagian mana yang bikin mereka merasa film ini biasa aja atau apa yang membuat film ini ga memenuhi ekspetasi mereka. Well, satu hal yang pasti menurut saya adalah film ini membuktikan kalau orang Korsel ga cuma bisa bikin film drama percintaan menye-menye atau film komedi receh seperti yang sudah-sudah. Tapi mereka ternyata juga jago bikin film horor dan to be honest, film ini jauh lebih baik dari Dreadout (sorry to say..).


Rabu, 05 September 2018

Movie Review: The Nun (2018) - Spoiler Alert

Oke.. sebelum ngomongin filmnya, mari kita bahas dulu antusiasme penontonnya. Kebetulan saya berkesempatan nonton film ini dihari premier dan di jam prime time yaitu jam 19:15 WITA. Beli tiketnya lewat Tix ID jadi kita bisa pilih kursi duluan dan bisa terus pantau apakah kursi-kursi disamping masih kosong atau sudah ada yang ngisi. Seluruh seat di teater sudah hampir full-booked akan tetapi seat disamping saya kosong karena memang seat itu hanya satu, ga cocok untuk orang-orang yang mau nonton rame-rame bareng teman atau keluarga. Tapi siapa sangka ketika film sudah mau mulai, ada aja yang mau beli tiket dengan duduk di kursi itu, terpisah sama teman-teman yang lain. Dan juga kursi paling depan dekat layar jadi full ! padahal terakhir saya pantau di app tiga baris paling depan masih kosong. Nonton duduk terpisah dari teman, atau nonton paling depan dekat layar sampai leher sakit, semua itu rela dilakukan demi untuk liat film spin-off dari The Conjuring 2, yaitu The Nun. 

Mungkin sudah banyak yang nungguin film ini tayang dari tahun lalu. Semua pada penasaran pengen tau asal usul Valak, setan yang berwujud biarawati jahat yang menghantui sebuah keluarga di Einfield, Inggris. Di film ini, jelas terjawab Valak berasal darimana akan tetapi saya masih tetap punya satu pertanyaan besar yang jawabannya ga saya temukan di film The Nun ini, but will talk about it later at the end. Yang pasti, ga perlu menunggu berlama-lama untuk merasakan sensasi mencekam dari sebuah film horor. Intronya aja udah banyak bikin kaget dan langsung disuguhi dengan scoring yang bikin ngilu saking mencekamnya (nah lho gimana tuh scoring yang bikin ngilu? :D). Yang pasti kehadiran Valak sebagian besar selalu dibarengi dengan scoring yang ga setengah-setengah dan bikin merinding.

Cerita film ini berawal dari kejadian biarawati yang bunuh diri di sebuah biara terkutuk di daerah terpencil di Rumania. Kejadian tersebut membuat Vatikan perlu menyelidiki ada apa sebenarnya di biara tersebut dan perlu mengevaluasi apakah biara itu masih layak untuk menjadi tempat suci. Diutuslah seorang pastor yang sudah terbiasa mengivestigasi kasus-kasus diluar nalar, yaitu pastor Burke. Tidak ingin menyelidiki sendirian, pastor Burke minta ditemani oleh seorang biarawati yang punya indera keenam yaitu suster Irene. Sedikit info, pemeran suster Irene adalah adik kandung dari Vera Farmiga, pemeran Lorraine Warren di The Conjuring 1 & 2. Suster Irene inilah yang menjadi pemecah solusi dan petunjuk untuk mengungkap misteri yang ada di biara tempat Valak bersemayam.

Ada lagi satu pemeran utama dalam film ini, yaitu Maurice alias "Frenchie" yang nanti dibagian akhir dijelaskan kalau tokoh tersebut ada sedikit keterkaitan dengan cerita di film The Conjuring 1. Frenchie adalah seseorang yang menemukan jasad biarawati yang bunuh diri di biara dan kesengsem sama suster Irene. Awalnya dia hanya bertugas mengantarkan pastor Burke dan suster Irene ke biara tapi karena dia ada rasa dengan si suster jadilah dia ikut terlibat untuk menyelamatkan Burke dan Irene dari teror demi teror yang datang ke mereka sejak mereka memutuskan untuk memasuki wilayah terkutuk hingga ke sampai ke biara. Peran Frenchie disini sebagai pemberi intermezzo dari suasana tegang dalam film. Ada beberapa adegan - adegan dan dialog lucu yang diberikan oleh Frenchie supaya kita ga terlalu tegang disepanjang film, akan tetapi jangan berharap banyak untuk sering-sering ketawa karena ga lama kemudian kita akan kembali disuguhkan dengan adegan-adegan mencekam lagi.

Balik ke cerita, setelah tiba di biara, kejadian - kejadian aneh mulai dialami oleh Burke dan Irene. Masing-masing dari mereka mulai dihantui oleh setan-setan yang terbentuk dari pengalaman masa lalu mereka. Akan tetapi bagi Irene, karena dia diberi kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain, sedikit demi sedikit dia bisa menguak misteri yang ada di biara tersebut. Mulai dari diberi petunjuk oleh para roh-roh biarawati yang sudah meninggal hingga kejadian masa lalu tentang bagaimana Valak bisa menghantui tempat itu dan cara supaya Valak bisa diusir selama-lamanya.

Singkatnya, biara tersebut dulunya adalah tempat pemujaan setan yang ritualnya bisa membuka gerbang neraka supaya iblis bisa masuk ke alam kita. Akan tetapi tentara Rumania jaman dulu berhasil menaklukan tempat tersebut dan menutup gerbang neraka dengan darah Yesus. Agar gerbang neraka tersebut tidak bisa terbuka lagi selamanya, dijadikanlah tempat itu sebagai biara yang ditinggali oleh para biarawati yang tidak henti-hentinya berdoa secara bergantian agar gerbang neraka tidak akan pernah terbuka. Akan tetapi, karena suatu hari ada perang dan ada serangan bom di biara itu, akhirnya gerbang neraka terbuka lagi dan munculnya Valak adalah sebagai pertanda bahwa gerbang neraka telah terbuka. 

Endingnya, Valak berhasil diusir selamanya ke neraka dan biara serta daerah disekitarnya kembali menjadi suci lagi. Tapi pertanyaan besar saya adalah kalau memang Valak bisa diusir, kenapa dia bisa muncul lagi beberapa puluh tahun setelahnya dan meneror sebuah keluarga di Einfield? Mainnya juga jauh banget, dari Rumania terus jadi melancong ke Inggris. Tidak dijelaskan sama sekali jawabannya di film The Nun. Dan untuk keterkaitan Frenchie di film The Conjuring yang pertama, dia adalah orang yang ada dicuplikan video eksorsisme milik Ed Warren yang dipresentasikan di sebuah seminar. Meskipun Valak sudah diusir, tapi Frenchie berhasil dirasuki oleh sisa-sisa roh jahat dari biara dan proses excorsist nya adalah adegan yang muncul di pertengahan dalam film The Conjuring 1 dan memberikan penglihatan untuk Lorraine tentang ancaman Valak yang difilmkan di The Conjuring 2.

Overall menurut saya film ini memiliki essence horor yang luar biasa. Karena dari awal hingga akhir hanya sekitar 10% saja ceritanya yang tidak mengandung materi horor, sisanya ya adegan-adegan menegangkan semua. Jumpscare andalan jelas ditampilkan, tapi tidak murahan. Yang pasti menurut saya The Nun adalah spin-off dari The Conjuring yang jauh lebih baik dari Annabelle. Lagi-lagi James Wan mampu memukau penggemar film horor dan menebus kekecewaan kita semua setelah filmnya yang terakhir, Insidious: The Last Key. Meskipun ada sedikit kekecewaan dari penonton karena setannya yang.. (mending nonton aja sendiri yah buat tau lanjutan kalimat ini :D) Tapi secara pribadi, saya rasa film ini pantas untuk dapat rate 8,5/10 , and of course... we all can't wait to see another James Wan movie !


Jumat, 31 Agustus 2018

Asian Games 2018 - Feel the Energy of Asia !

Dikasih kesempatan lagi untuk business trip ke Jakarta selama seminggu sama sekali tidak akan saya sia-siakan untuk hanya berkutat dalam urusan kantor seperti meeting, lembur dan lain-lain. Kebetulan yang sangat menyenangkan sekali kedatangan saya di Jakarta kali ini bertepatan dengan event Asian Games yang tidak diselenggarakan sering-sering. Awalnya, sebelum ada sharing-sharing dengan orang disini, saya berencana untuk hanya nekat pergi sendirian. Tapi setelah ada kesempatan ngobrol-ngobrol cantik dengan salah seorang karyawan disini, ternyata dia juga ingin sekali melihat salah satu pertandingan Asian Games. Seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, saya langsung semangat membicarakan tentang kapan kita menjadwalkan untuk melihat pertandingan, jam berapa on the way nya, dengan apa kesananya dan lain-lain.

Perjuangan untuk nonton Asian Games diawali dengan cari tiket. Percayalah, untuk mendapatkan tiket nonton di GBK ternyata tidak semudah yang kita kira. Karena juga harus menyesuaikan dengan jadwal jam pulang kantor, jadilah pilihan pertandingan yang bisa kita tonton sangat terbatas yaitu hanya harus pertandingan diatas jam 6 sore. Selain itu juga ada tantangan lain, yaitu tiket yang sudah sold out. Tapi alhamdulillah semua kendala itu teratasi dengan bantuan karyawan lain disini yang entah bagaimana caranya bisa mendapatkan tiket untuk cabang olahraga atletik yang pertandingannya dimulai jam 7 malam. Buat kami saat itu, nonton cabang olahraga apapun tidak masalah yang penting bisa merasakan kemeriahan Asian Games di Jakarta yang belum tentu dalam 20 atau 30 tahun diselenggarakan di kota ini lagi.

Setelah cari tiket, tantangan kedua adalah cara untuk menuju ke GBK di jam orang-orang pulang kerja. Opsi terbaik untuk menuju kesana adalah dengan motor. Karena kalau pakai taksi online atau transportasi lain hanya akan membuat kita terjebak macet di jalan dan terlambat sampai ke tujuan. Jadilah saya dan teman-teman yang lain sepakat untuk masing-masing order ojek online. Sekali lagi, kami harus berjuang hanya untuk order ojek karena situasi jalanan yang macet dan banyaknya orang lain yang juga order. Kami harus berjalan ke area yang sekiranya lebih mudah diakses oleh driver ojeknya supaya orderan kami juga membuahkan hasil. Setelah sekian lama menunggu akhirnya orderan kami disambut oleh driver ojek yang juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tiba ke lokasi tempat kami menunggu.

Perjalanan menuju GBK rasanya campur aduk. Antara senang menikmati pertama kali naik motor di Jakarta tapi juga ngeri dengan lalu lintas kota besar ini yang sangat ganas. Setiap kali motor yang saya tumpangi berada dekat dengan kendaraan-kendaraan besar, tidak putus-putusnya saya berdoa dalam hati supaya diberi keselamatan. Begitu juga disaat driver ojeknya salip kiri salip kanan untuk memastikan agar saya tepat waktu tiba di GBK. Oh iya, tarif ojek online saat itu dari tempat saya ke GBK juga cukup mahal yaitu sekitar 50ribuan dari hanya 25ribuan saja kalau di jam-jam biasa. Bukan karena jaraknya yang jauh (dari hotel menuju ke GBK tidak terlalu jauh untuk ukuran kota besar), akan tapi memang karena pada waktu itu permintaan untuk ojek online sedang banyak-banyaknya, mungkin juga karena banyak orang yang mau menuju ke GBK.

Setelah sudah tiba di area GBK, situasinya sangat ramai. Banyak kendaraan para penonton, namun banyak juga kendaraan untuk acara Asian Games dari berbagai kontingen negara berlalu lalang. Melihat suasana itu saja rasanya sudah membuat saya sangat excited, ditambah lagi karena ini pertama kalinya juga saya main-main ke GBK. Areanya sangat luas dan motor hanya boleh sampai di depan gate saja. Perjalanan dari gate menuju ke stadionnya juga lumayan jauh kalau harus berjalan kaki. Tapi buat saya tidak ada masalah, semangat untuk melihat pertandingan akan mengalahkan rasa lelah yang akan saya rasakan. 

Saking besarnya GBK, bukan hanya gate yang sangat banyak tapi juga pintu masuk. Tapi sebelum ke pintu masuk, banyak sekali objek rekreasi yang bisa kita kunjungi. Di area luar stadion yang luas terdapat banyak zona yang berisi booth-booth untuk makanan siap saji dan banyak lagi pilihannya yang lain. Untuk mengunjungi semua zona-zona hiburan tersebut diperlukan energi yang besar sementara pada saat itu saya masih belum sempat isi perut sama sekali. Sehingga saya memutuskan untuk masuk ke dalam stadion dulu dan nanti saja foto-foto diluar stadion setelah pertandingan selesai. 

Menuju pintu masuk stadion, riuh para penonton mulai terdengar. Saya semakin tidak sabar untuk segera memasuki stadion. Akhirnya saya melihat secara langsung stadion terbesar yang selama ini cuma saya lihat dari tv dan pada saat itu, pertandingan lari sudah berlangsung sekitar satu atau setengah jam. Tapi tetap saja saya masih bisa menyaksikan sisa pertandingan dan sibuk merekam situasi disitu ke dalam handphone untuk saya upload ke sosial media (people jaman now).

Setelah beberapa saat, saya melihat beberapa orang lalu lalang yang memakai atribut-atribut negara yang mereka dukung. Paling banyak ya tentu saja orang - orang kita memakai atribut bendera Indonesia yang berupa stiker yang ditempel ke pipi, atau ikat kepala merah putih dan lain-lain. Saya jadi merasa ingin juga memakai atribut bendera untuk memeriahkan suasana. Maklum, outfit kami semua adalah outfit kantoran yang sama sekali tidak ada sporty-sporty nya, hehe. Jadilah setelah satu pertandingan berakhir saya memutuskan keluar untuk mencari atribut bendera yang bisa saya pakai. Gilanya, setelah tanya sana sini ternyata yang jual atribut tersebut ada di luar GBK ! Saya jadi dalam pergolakan batin apakah saya harus bela-belain keluar GBK yang jaraknya jauh sekali itu atau pasrah saja nonton pertandingan Asian Games dengan outfit kantoran. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan untuk nekat memburu abang-abang penjual atribut bendera yang beredar di luar GBK. Masalah pegal dan kram kaki yang nanti akan saya rasakan bagi saya akan jadi urusan belakangan.

Mungkin ada hikmahnya juga saya memutuskan untuk bercapek-capek jalan jauh keluar GBK lagi. Saya jadi tahu zona-zona hiburan yang ditawarkan di GBK yang tidak kalah mengasyikkan dari menonton pertandingan. Banyak sekali pilihan makanan dan minuman yang bisa kita pilih untuk isi perut atau sekedar meghilangkan dahaga setelah lelah mengeksplor GBK. Juga dimeriahkan dengan pengisi-pengisi acara yang menambah keseruan di zona hiburan. Akan tetapi saya cukup lelah untuk mampir foto-foto dan hanya ingin membeli makanan dan minuman untuk saya bawa balik ke dalam stadion. Tapi semua fasilitas yang ada di GBK untuk Asian Games membuat saya sangat terkesan. Saya yakin wisatawan mancanegara yang datang kesini untuk event Asian Games pasti sangat kagum dengan Indonesia.

Setelah pertandingan berakhir, dimulailah sesi foto-foto untuk koleksi kami nanti di sosial media. Orang-orang pun mulai banyak yang meninggalkan stadion tapi saya perhatikan ada penonton yang berfoto dengan atlet pemenang. Yang ada dipikiran saya mungkin orang-orang itu memegang tiket VVIP sehingga tempat duduk mereka memungkinkan untuk didatangi para atlet yang selesai bertanding dan berfoto dengan para atlet tersebut. Akhirnya saya mengajak teman-teman yang lain untuk mendekat ke area VVIP. Nothing to lose, waktu itu prinsip saya. Tapi siapa yang sangka ternyata karena sudah agak sepi kami semua bisa masuk ke area VVIP tanpa ada petugas yang melarang. Ternyata memang selalu ada balasan bagi orang yang mau berusaha ya. Kami pun akhirnya berada di sekitar para penonton VVIP yang berasal dari Jepang, ada juga sih yang dari India. Meskipun berbeda bangsa, tapi kami memiliki satu tujuan yang sama yaitu berfoto dengan para pemenang. Karena setelah victory ceremony (proses penyerahan medali), sebagian pemenang biasanya meluangkan waktu ke area penonton VVIP. Momen itulah yang dengan sabar kami nanti-nantikan. 

Dan... akhirnya penantian kami membuahkan hasil. Pelari dari Qatar mulai mendatangi penonton yang teriak-teriak histeris minta didatangi untuk foto. Karena saya berada di tepi pagar pembatas jadilah saya bisa berfoto dekat sekali dengan pelari peraih medali emas yang bernama Abderrahman Samba. Ada sedikit kejadian lucu disaat saya mau berfoto sama dia. Jadi dia sudah mau menunggu untuk foto sama saya, tapi karena situasi disitu terlalu ribet atau bagaimana handphone saya yang sudah saya set ke mode photo, jadi berubah dan untuk mengubah ke mode foto lagi membutuhkan waktu yang cukup lama. Untungnya, dia orangnya baik dan ramah sekali jadi dia mau menunggu sampai saya bisa mengakses kamera. Tidak hanya foto bareng tapi saya juga memegang medali emasnya. Pengalaman yang sangat mengesankan buat saya.

Abderrahman Samba, super ramah (gold medalist)

Ada juga pelari lain dari tim Qatar yang juga mendatangi kami dan berhasil saya video (sayangnya saya masih belum tahu cara memasukkan video disini). Pokoknya tim dari Qatar ramah semua. Orang-orang Jepang di sekitar saya semuanya ikut dalam kemeriahan berfoto bersama akan tetapi mereka harus kecewa karena tim pelari dari Jepang tidak mendatangi mereka ke area penonton. Saya juga berharap bisa berfoto dengan pelari dari Jepang karena mereka semua ganteng-ganteng sekali, haha. Tapi, mungkin karena memang rejeki kami untuk bisa berfoto dengan mereka, kami akhirnya punya kesempatan untuk itu setelah sudah keluar dari GBK. Jadi ceritanya, setelah kami foto-foto sendiri diluar GBK, tiba-tiba ada kerumunan orang yang teriak-teriak histeris dan setelah kami cari tahu ternyata orang-orang itu histeris dengan para atlet Jepang yang sudah mau pulang! Jadilah kami mendatangi kerumunan orang tersebut dan berfoto dengan dua pelari ganteng Takatoshi Abe dan Shota Iizuka.

Shota Iizuka, super ganteng (silver medalist)

Takatoshi Abe, super manly ! (silver medalist)

Bisa berfoto dengan para pemenang medali emas dan perak tersebut membuat kami melupakan untuk foto-foto lagi di area luar GBK karena kami juga merasa sudah cukup mendapatkan banyak foto yang legendary. Secara keseluruhan, pengalaman kami nonton Asian Games 2018 ini sangatlah berkesan. Dan secara pribadi, saya merasa kunjungan saya ke Jakarta kali ini lebih berkesan dibanding dari yang sebelumnya. Good dinners, good moment, good people, good experience. Saya berharap semoga kalau ada trip ke Jakarta lagi saya mendapatkan pengalaman seru lainnya yang tidak akan saya lupakan. 


Jakarta,


30 Agustus 2018

It has been an amazing moment !




Senin, 23 Juli 2018

Movie Review: Skyscraper (2018)

Sebelum saya nonton film, biasanya saya baca dulu review-review dari orang tentang film tersebut. Ga terkecuali sama film Skyscraper ini. Penilaian dari orang-orang pun beragam. Ada yang bilang lumayan, ada yang bilang wajib tonton dan ada juga yang bilang “something’s missing” dibagian chemistry antara si tokoh utama dan keluarganya didalam film. As for me, ngeliat dari posternya aja udah bikin penasaran buat nonton. Sedikit cerita, saya ini kadang feelingnya kuat banget dalam hal menilai dari luar. Misal, bisa menilai sebuah restoran itu yang makanannya bakal jadi favorit saya atau ngga hanya dari tampilan luarnya. Gitu juga kalo ngeliat poster film, udah bisa tau kalo film itu bakal jadi favorit saya atau ngga hanya dari graphic reference posternya. Nah, pas ngeliat poster film Skyscraper ini di bioskop, tanpa perlu nonton trailernya lagi, saya udah punya feeling kalo I will love this movie. And that was right! Diantara banyaknya film - film komedi indo asal-asalan yang bikin banyak penonton kecewa, nonton Skyscraper bisa jadi “obat penawar luka” bagi para pecinta film.


Langsung aja saya kasih gambaran tentang plot film ini.Tidak perlu menunggu lama-lama sampai kita disuguhkan dengan adegan menegangkan yang bikin kita terbawa ke dalam film. Bercerita tentang sebuah gedung pencakar langit di Hongkong bernama The Pearl yang dibangun sangat tinggi, memiliki lebih dari 200 lantai yang juga dilengkapi dengan teknologi super canggih dan fasilitas mewah lainnya. Pemeran utama, The Rock alias Dwayne Johnson berperan sebagai Sawyer, perancang gedung tersebut dan memiliki semua akses untuk mengontrol gedung melalui sebuah tablet. Sawyer memiliki seorang istri dan dua orang anak. Inti dari cerita film ini adalah perjuangan seorang ayah yang dengan segala keterbatasannya melakukan segala cara untuk menyelamatkan keluarganya yang berada di dalam gedung pencakar langit yang akan terbakar habis. Pelaku kejahatan yang bernama Kores Botha adalah seorang kriminal yang terlibat dengan sindikat penjahat kelas kakap yang akan mengancam membunuhnya karena sudah melakukan kesalahan yang dapat mengakibatkan terbongkarnya jaringan sindikat tersebut ke kepolisian.


Agar tidak dibunuh oleh sindikat kejahatan tersebut, Botha harus merebut data rahasia yang dimiliki oleh Zhou, taipan kaya raya di Hongkong yang juga adalah pemilik The Pearl. Untuk bisa merebut data rahasia yang dipegang oleh Zhou, Botha harus membakar sebagian besar gedung pencakar langit sebagai ancaman bagi Zhou untuk menyerahkan datanya. Disini, Sawyer mau tidak mau harus terlibat dalam drama tersebut karena keluarganya berada di dalam gedung dan sebagai orang yang paling tahu tentang Pearl, Botha memanfaatkan Sawyer untuk merebut data yang diinginkannya dari Zhou. 

Saya harus acungi jempol untuk rumah produksi di Hollywood yang ga pernah setengah-setengah dalam membuat film. Dengan budget yang pastinya ga sedikit, didukung dengan jalan cerita yang pastinya juga ga murahan, jadilah film box office yang sangat berkualitas. Salah satunya ya Skyscraper ini. Ada yang bilang chemistry suami istri dalam film ini kurang oke atau kurang mingle tapi kalo menurut saya, itu salah besar. Istri Sawyer diceritakan adalah seorang wanita yang bekerja dimiliter, diperankan oleh Neve Campbell. Kalau ada yang merasa familiar dengan aktris ini, dia adalah pemain film Scream dari yang pertama sampai keempat. Kualitas aktingnya masih oke punya dan awet cantik. Karakternya di film Skyscraper ini lembut tapi garang. Lembut dalam melindungi anak-anaknya dan  garang ketika harus berhadapan dengan penjahat. Adegan neck and neck antara Sawyer dan istrinya dalam bekerja sama untuk menyelamatkan ini menurut saya malah yang bikin film ini jadi keren banget. 

Mungkin akan jadi seru banget kalo kita bisa nonton film ini dengan efek 3D. Dan bagi yang fobia sama ketinggian banyak-banyakin aja nutup mata atau ngeremes tangan partner nonton anda ketika disuguhkan dengan adegan manjat-manjat gedung dan jatoh dari ketinggian. Disutradarai oleh Rawson Marshall Thurber dengan budget sekitar USD 129 juta, IMDB kasih rating untuk film ini 6,2/10. Tapi buat saya pribadi, Skyscraper pantas mendapatkan rating 8,5/10.



Selasa, 24 April 2018

Cynthia Nixon and Miranda Hobbes

After the first time I watched “Sex and the City” the series, I am obsessed! Mostly because the plot is so relevant to me. And the acting of the casts are amazing. They were really into their characters that we could believe the story is real while it is purely fictional. As for some people, maybe the series won their heart because of the fashion. Yep, the show accentuates high fashion in each episode.

Cut to the chase, I want to describe a little about the story. It is about four New York single girls who are very close with each other as best friends. There is Carry Bradshaw, a columnist who is writing about sex every week for newspaper. Then there is Samantha Jones, the ultimate party girl who refuse to committed with anybody but one night stand partner for one night stand sex. And, Charlotte York, who believes in marriage, having quite lavish life but face some struggles to find the one. And the last but not least, Miranda Hobbes, a very tough lawyer who appreciates sarcasm very much.

They live in New York City (NYC) like since forever. The city is their soul. So “Sex and the City” (SATC) basically describe their stories in New York. That makes the city has main role here equal with the four girls. And surprise, on March 20th 2018, Cynthia Nixon who played Miranda Hobbs has announced that she is running for Governor of New York City ! As a democrat, she will face Governor Cuomo in a September primary.


Cynthia Nixon as Miranda Hobbes in SATC


As a big fan of SATC, it really got me. Because she just brings her Miranda Hobbes character into reality. In SATC, she is a smart woman who has a job as lawyer, tough one. She loves NYC especially Manhattan, as much as other girls that she is really sad when she needs to move to Brooklyn because she needs to find bigger house for her family. So is with Carrie Bradshaw who was being invited by her boyfriend to move to Paris for good. They embrace NYC so much in the show. And by Cynthia Nixon is one step closer to become the governor of NYC, I think it will touch all big fan's hearts of SATC including me !

Unfortunately (for me), Cynthia is a lesbian in real life. She has a wife that she married long time ago. As I never (and won't) support LGBTQ, for me it's a shame if NYC has a lesbian governor. Cynthia has been active in politics, particularly on behalf of LGBTQ issues. She was politically vocal last year at the Tony Awards when she won for Best Featured Actress in Lillian Hellman’s The Little Foxes and has not held back when it comes to Trump. So you can already guess, lot of her policy plans will include lot of support for LGBTQ. And she also will legalize Marijuana, which is still quite controversial because lot of people would agree and disagree. But she is unstoppable. As I see from the news, the campaign has already started since a month. And it seems that she has lot of supporters who would vote her. 

Cynthia as a governor candidate. Such a Miranda Hobbes move

If I was New Yorker, I might not give my vote for her due to her lesbian status. But I will be still amazed that she brings her character as Miranda Hobbes in SATC to reality. After SATC 2 the movie, there will be no SATC 3 for sure, because one of the main character could be a governor this year and also Kim Catrall who played Samantha Jones seems having a personal issue with executive producer Sarah Jessica Parker. It is devastating that there will be no more SATC series or movie but I can still enjoy watching the old shows. Good luck for your candidacy, Cynthia. You will be forever Miranda Hobbes in my heart...


Minggu, 15 April 2018

"Laras" (published in vemale.com)

Ini kisah tentang sahabat wanita saya yang dulunya kami memiliki hubungan yang sangat dekat. Tidak heran, karena kami satu kosan selama bertahun-tahun ketika menempuh pendidikan disalah satu kota di pulau Jawa. Meskipun kami memilih jurusan kuliah yang berbeda, saya ambil manajemen dan dia ambil kedokteran, tapi karena tinggal seatap, kami sudah seperti saudara sendiri. Sebut saja namanya Laras. Dia lebih tua sekitar lima tahun dari saya sehingga Laras sudah saya anggap sebagai kakak saya selama diperantauan.

Kami sering sharing mengenai kehidupan kami. Hampir semua hal kami curhatin tiap hari. Mulai dari masalah pacar, kuliah, pertemanan, keluarga dan sebagainya sehingga kami sangat mengetahui kisah hidup masing-masing. Laras adalah seorang anak yatim yang sudah lama ditinggal ayahnya. Ibunya masih bekerja pada saat itu sebagai PNS dan adik laki-lakinya juga sedang memasuki jenjang kuliah. Laras memiliki seorang long-term boyfriend yang sudah dipacarinya sejak SMA. Sehingga pada saat itu, sudah sembilan tahun lamanya mereka berpacaran.

Laras sering sekali menceritakan tentang bagaimana pacarnya sangat mencintainya. Sebut saja nama pacarnya, Satria. Pada saat itu, tiap kali saya di kosan bercerita tentang pacar saya, dia selalu bilang kebaikan pacar saya tidak apa-apanya dengan Satria. Begitu juga dengan teman kosan yang lain, ketika kami sudah mulai membicarakan topik tentang cowok, Laras pasti memamerkan kebaikan pacarnya kepada kami sampai terkadang kami kesal sendiri.

Di belakangnya, tidak jarang teman kosan saya yang lain membicarakan bagaimana kesalnya mereka kalau Laras sudah mulai menyombongkan tentang kebaikan pacarnya. Memang sih, meskipun Satria tidak ganteng-ganteng amat, tapi Satria adalah pemegang gelar sarjana teknik dari ITB dan saat itu sedang mengambil pendidikan Magister Manajemen. Laras bangga sekali dengannya. Belum lagi kalau menurut cerita Laras, sekejam apapun perlakuan Laras ke Satria, dia akan selalu bertekuk lutut mengalah dengan Laras. Satria sangat mencintai Laras tanpa syarat, begitulah cerita tentang Satria menurut versinya Laras. Karena Satria sering main ke kosan untuk mengunjungi Laras, jadinya kami semua juga lumayan sudah mengenal Satria. Menurut saya orangnya memang baik dan penurut. Watak Laras yang lumayan keras, memang cocok bersanding dengan laki-laki seperti Satria yang sepertinya suka mengalah. Saya dan teman kosan yang lain juga sangat mendukung kalau mereka menikah setelah Satria lulus dari pendidikan magisternya.

Beberapa tahun kemudian, sampai pada suatu hari, kami semua seperti tersengat petir disiang bolong. Salah satu teman kosan saya, Nanda, menerima undangan pernikahan. Sebenarnya bukan untuk Nanda, tapi untuk papa nya. Dan Nanda kaget bukan main melihat itu adalah undangan pernikahan Satria dengan wanita lain, bukan dengan Laras ! Hanya dalam waktu singkat berita itu sudah sampai ke telinga lima orang teman kosan saya yang lain. Kami langsung berembuk apa yang harus kami lakukan. Karena sampai saat itu, yang kami tahu Laras masih berpacaran dengan Satria, dan Laras tidak pernah bilang kalau dia putus atau apa. Hanya saja dia bilang selama beberapa bulan ini dia merasa sedikit jauh dengan Satria, itu saja.

Sampai pada akhirnya Laras kami beritahu keesokan harinya, dia sangat kaget dan marah kepada kami. Dia bilang kenapa kami tidak memberitahu berita itu secepatnya supaya dia bisa menggagalkan pernikahan Satria atau minta tanggung jawab dengan Satria karena sudah meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Pada saat itu kami mengerti kalau Laras hanya sedang tidak bisa berpikir jernih. Yang bisa kami lakukan hanyalah menerima kemarahannya kepada kami, menemaninya dan menenangkannya. Hari-hari selanjutnya kami lewati dengan mendampingi Laras tiap kali dia butuh teman cerita. Sebagai perempuan, kami mengerti sekali betapa sakitnya ditinggal nikah oleh kekasih yang sudah dipacari hampir satu dekade tanpa ada pembicaraan sedikitpun.

Beberapa bulan kemudian, Laras mencoba untuk move on. Banyak teman-teman kampusnya yang selalu berusaha mengenalkan dia dengan pria-pria yang potensial untuknya. Setelah beberapa lama, akhirnya dia berpacaran dengan Hilman, yang bekerja di perusahaan Amerika dan sering dikirim tugas ke luar negeri. Akan tetapi hanya sekitar berapa bulan, Hilman memutuskan hubungan dengan Laras. Hanya merasakan kebahagiaan sebentar, Laras sudah harus merasakan kepahitan lagi. Seperti membuka luka lama yang bahkan belum pulih. Hari-hari dilalui Laras dengan sedih. Meskipun dari luar terlihat biasa saja, tapi sebagai sahabatnya saya tahu kalau dia cuma berpura-pura tidak ada apa-apa. Setelah Hilman, dia sempat beberapa kali menjalin hubungan dengan pria tapi masih saja gagal. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk PTT ke daerah yang jauh sekali dari kampung halamannya. Mungkin dia ingin benar-benar melupakan kehidupannya di pulau Jawa dan mengasingkan diri ke Atambua..

Pada saat dia PTT, saya pun sudah lulus kuliah. Selesai juga masa perantauan saya dan saya kembali ke kampung halaman hingga sekarang. Teman-teman kosan yang lain juga kembali ke kota masing-masing setelah selesai menempuh pendidikan di kota orang. Sedihnya, kami tidak bisa bersama-sama lagi seperti dulu waktu masih satu kos. Komunikasi pun cuma bisa hanya sesekali karena kami sudah sibuk dengan kehidupan baru masing-masing. Sampai pada akhirnya saya mendapat berita kalau Laras sudah menikah di Atambua. Dia menikah dengan anak kepala puskesmas tempat dia bekerja. Yang bikin saya lebih kaget lagi, Laras pindah agama, mengikuti agama si suami. Saya dan teman-teman yang lain sangat kaget dengan cerita kehidupan Laras di Atambua. Kehidupannya jauh berbeda ketika dia masih menempuh pendidikan dokter. Seperti lebih memprihatinkan karena katanya suaminya sangat dominan terhadapnya. 

Setelah menikah, Laras seperti menarik diri dari kami. Mungkin karena dia merasa kami akan menghakimi keputusannya yang tidak disangka-sangka. Laras juga menarik diri dari ibu dan adik laki-lakinya karena tidak ada dari mereka yang setuju dengan pernikahan Laras dan keputusannya untuk pindah agama. Kami pun mengetahui kalau ternyata Laras masih mempunyai seorang Ayah, hanya saja ayah dan ibunya sudah bercerai sejak Laras masih kecil. Sementara yang kami tahu selama ini dari Laras kalau ayahnya sudah meninggal dunia.

Saat ini Laras sudah mempunyai dua orang anak. Kami hampir tidak pernah lagi berkomunikasi sedikitpun. Terkadang kalau saya merasa kangen dengannya, saya cuma mengunjungi profil facebook nya saja. Dia terlihat bahagia sekali dengan keluarga kecilnya di foto. Saya menyayangkan keputusan Laras untuk pindah agama, menetap di Atambua, menarik diri dari kami dan keluarganya, tapi mungkin dari situlah Laras mendapatkan kebahagiaannya. Meskipun dari cerita teman Laras yang sama-sama PTT di Atambua, kalau kehidupan Laras lebih memprihatinkan dibanding sebelum dia menikah, tapi mungkin itu tidak penting baginya. Mungkin yang terpenting untuk Laras adalah dia sudah memiliki seorang suami dan anak-anak seperti yang sudah dia impikan sedari dulu waktu masih bersama dengan Satria. 

Begitulah cerita tentang sahabat wanita saya yang sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya yang mungkin disebabkan dari rasa sakit karena berkali-kali merasakan pedihnya patah hati. Apapun itu, saya cuma berharap semoga keputusan yang sudah dia ambil mengarahkannya kepada kebahagiaan yang selama ini dia cari.. Love you always, sister :)